Hoaks atau berita bohong memang masih menjadi persoalan yang sering dialami oleh masyarakat Indonesia.
Perkembangan teknologi yang kian canggih turut berpengaruh terhadap cepatnya penyebaran hoaks.
Terlebih sekarang kamu bisa dengan mudah membagikan berbagai konten dan berita melalui smartphone via media sosial atau applikasi chatting.
Baca Juga : Ratna Sarumpaet Akui Operasi Plastik, Netizen Banjiri Kolom Komentar Rachel Maryam
Penyebaran berita bohong alias hoaks memang menjadi hal merugikan.
Hoaks bisa memicu kesalahpahaman karena berita tersebut tidak memiliki sumber yang jelas sehingga tidak bisa dikonfirmasi kebenarannya.
Menurut pandangan psikologis dilansir Grid.ID dari Kompas.com, terdapat dua faktor yang membuat seseorang cenderung mudah percaya dengan hoaks.
Baca Juga : Ratna Sarumpaet Bohong, Gibran Rakabuming Raka Tanggapi Permintaan Maaf Rachel Maryam
Alasan pertama hoaks mudah menyebar adalah karena informasi di dalamnya sesuai dengan opini atau pemikiran yang dimiliki seseorang.
“Orang lebih cenderung percaya hoaks jika informasinya sesuai dengan opini atau sikap yang dimiliki. Misal seseorang memang sudah tidak setuju terhadap kelompok tertentu, produk, atau kebijakan tertentu. Ketika ada informasi yang dapat mengafirmasi opini dan sikapnya tersebut, maka ia mudah percaya,” ujar Laras Sekarasih, PhD, dosen Psikologi Media dari Universitas Indonesia.
Laras juga menyatakan bahwa terbatasnya pengetahuan turut memengaruhi seseorang agar mudah termakan hoaks.
Baca Juga : Ratna Sarumpaet Bohong, Sengaja Mengarang Cerita Setelah Ditanya Anak Soal Wajahnya yang Lebam