Find Us On Social Media :

Rekam Jejak Ratna Sarumpaet, dari Menempuh Pendidikan Arsitektur hingga Jadi Aktivis yang Dipenjara

By Veronica Sri Wahyu Wardiningsih, Jumat, 5 Oktober 2018 | 09:37 WIB

Aktivis Ratna Sarumpaet

Naskah teater itu ditulisnya selama satu tahun dengan gambaran jalan cerita yang lebih universal.

Tidak spesifik menyoroti Marsinah, tetapi mengenai nasib orang-orang yang diberlalukan tidak adil yang menuntut hak pada pihak berkuasa.

Pertunjukan teater Marsinah dipentaskan di Teater Arena, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, 16-19 September 1994.

Setelah berlarut-larut, atas kasus pembunuhan Marsinah, pada September 1997, Kepala Kepolisian RI menutup kasus itu dengan alasan bahwa DNA Marsinah dalam penyelidikan telah terkontaminasi.

Segera setelah penutupan kasus, Ratna menulis monolog "Marsinah Menggugat" (1997) untuk dipentaskan dalam sebuah tur ke sebelas kota di Jawa dan Sumatera.

Monolog ini kemudian dianggap sebagai karya provokatif dan tak jarang dibubarkan oleh pasukan anti huru-hara di beberapa kota saat dipentaskan.

Hal itu membuat rumah Ratna terus diawasi intel.

Pada Maret 1998, Ratna Sarumpaet ditangkap kemudian dijebloskan ke penjara. Setelah 70 hari dalam kurungan, barulah Ratna Sarumpaet dibebaskan.

Tahun 2004, Ratna Sarumpaet mendengar kabar tentang buruknya perdagangan anak di Indonesia.

Selama tahun 2005, Ratna Sarumpaet dengan bantuan UNICEF melakukan penelitian tentang berita itu.

Dari hasil penelitian itu, Ratna Sarumpaet menuliskan naskah drama "Pelacur dan Sang Presiden" (2006) dan dipentaskan di lima kota besar di Indonesia.