Kala itu Dr. Watkins tengah memperlajari siklus perkawinan sekelompok paus bongkok dan paus biru di laut Samudra Pasifik.
Saat tengah mempelajari frekuensi suara nyanyian khas yang dihasilkan paus jantan selama musim kawin, Dr. Watkins tiba-tiba menangkap fruekensi suara seekor paus jantan yang berbeda dari yang lain.
Paus jantan tersebut menghasilkan suara nyanyian pada frekuensi 52 Hertz.
Frekuensi ini lebih tinggi daripada frekuensi komunikasi paus normal yang pada umumnya hanya berkisar antara 12 sampai 25 Hertz.
Hal yang membuat pilu adalah, tidak ada satupun paus yang mampu mendengar atau merespon suara paus yang abnormal itu.
Baca Juga : Sejumlah Pria di Desa Thailand Ini Warnai Kukunya Demi Tipu Hantu Janda!
Paus abnormal tersebut dilaporkan Dr. Watkins terus-menerus bernyanyi di sepanjang musim kawin, tapi tidak ada satupun paus yang membalas suaranya.
Berdasarkan catatan penelitian milik Dr. Watkins, peneliti menduga perbedaan fruekuensi suara dari jenis paus lainnya didunia inilah yang membuat paus tersebut sendirian tanpa kawanan.