Grid.ID - Biasanya anak millennials paling suka didengar apa yang menjadi keluh kesah mereka.
Tapi nggak cuma itu aja, anak millennials cenderung suka diperhatikan, disayang dan dihargai keberadaannya.
Jangan sampai anak millennials mencari kebahagiaan di luar rumah yah!
Baca Juga : Ardi Bakrie Minta Izin Menikah Lagi, Begini Reaksi Nia Ramadhani
Bisa-bisa kita sebagai orangtua kehilangan kendali untuk mengontrol mereka.
Kadang anak millennials lebih suka mendengarkan apa yang dianggap benar oleh temannya.
Ada kedekatan antara orangtua dan anak merupakan kunci utama menjalin komunikasi yang baik.
Menurut Ayoe Soetomo seorang psikolog ternama pada Grid.ID," pilihlah waktu yang berkualitas bagi orangtua pada anaknya.
Sesuaikan antara usia dan tahapan perkembangan anak saat menjalin komunikasi dan sebisa mungkin orangtua lebih peka pada keinginan".
Usia anak sangat berpengaruh saat kamu menjalin komunikasi.
Baca Juga : 5 Potret Ratna Sarumpaet Mirip Maria Callas Sebelum Lakukan Sedot Lemak!
Biasanya saat anak beranjak remaja orangtua tak lagi berperan sebagai pelindung melainkan sebagai seorang sahabat.
Di mana anak tak pernah merasa canggung komunikasi terhadap kita sebagai orangtuanya.
Hal ini meminimalisir anak melakukan sesuatu di luar batas normal.
Anak yang telanjur jauh dari keluarga dan lebih berani melakukan tindakan layaknya orang dewasa, maka saat kesenangan itu berakhir anak akan merasa trauma.
Bila kita sebagai orangtua salah menangani, justru membuat anak semakin rendah diri dan konsep dirinya akan semakin buruk.
Ini dia tips buat kamu para ibu saat menghadapi kelakuan serta mendidik anak millennials.
Baca Juga : Tanamur Diskotek Pertama di Jakarta yang Menjadikan Mantan Suami Ratna Sarumpaet Penguasa Hiburan Malam
1. Usahakan untuk belajar banyak mengenai kecanggihan teknologi untuk mengimbangi kemampuan mereka.
2. Jika berteman dengan anak di sosial media, usahakan tetap menghargai anak agar mereka tidak merasa minder.
3. Tentukan nilai atau value kebaikan yang menjadi prioritas keluarga.
4. Tanamkan dalam keseharian anak di rumah dan dalam berinteraksi untuk saling mengharagai.
Value ini harus kuat, karena di luar anak mendapat stimulus yang beragam dan belum tentu sesuai dengan nilai yang ditanam keluarga. (*)