Laporan Wartawan Grid.ID, Novita Nesti Saputri
Grid.ID - Fenomena langka dan unik, hari tanpa bayangan, akan terjadi di Monas selama 3 hari.
Pasalnya, Monas yang sudah menjadi ikon yang identik dengan Indonesia tersebut akan mengalami fenomena langka yaitu kehilangan bayangannya selama 3 hari.
Pemandangan tak biasa ini terjadi karena adanya fenomena alam sehingga bayangan Monas akan hilang untuk sementara waktu.
Seperti yang kita ketahui, Monas merupakan sebuah ikon yang identik dengan Indonesia.
Monumen Nasional yang memiliki bentuk unik ini dibangun pada 17 Agustus 1961.
Melansir dari Tribun Manado, tugu yang memiliki tinggi 132 meter ini merupakan salah satu proyek mercusuar Presiden Soekarno.
Baca Juga : Humas BNPB Bagikan Citra Satelit Sebelum dan Sesudah Gempa Palu, Banyak Daerah Ambles Lalu Hilang
Monas mulai dibuka untuk umum pada 12 Juli 1975.
Sejak saat itu, Monas sudah menjadi salah satu tempat tujuan saat orang-orang berkunjung ke Jakarta.
Nah, kali ini ada fenomena langka yang akan bisa disaksikan di Monas yaitu hilangnya bayangan Monas untuk sementara waktu.
Fenomena ini tidak terjadi setiap hari.
Marufin Sudibyo, astronom amatir, mengatakan bahwa bayangan Monas akan hilang selama sekitar 2 menit.
"Akan terjadi mulai 2 menit sebelum Dzuhur," kata Marufin saat dihubungi kompas.com pada Selasa (9/10/2018).
Baca Juga : Fenomena Langka Hujan Meteor Draconid Lintasi Langit Utara Indonesia
Selain itu, Marufin Sudibyo juga mengatakan bahwa fenomena langka tersebut akan berlangsung selama 3 menit.
Dia bahkan menyebutkan perkiraan waktu terjadinya fenomena langka ini.
"Berlangsung selama 3 menit dari 11.39 sampai 11.41," ujar Marufin Sudibyo.
Namun banyak kabar yang beredar jika fenomena langka ini hanya bisa disaksikan hari ini saja, Selasa (9/10/2018).
Menurut Marufin Sudibyo, fenomena langka ini bisa disaksikan selama 3 hari mulai 9 Oktober sampai 11 Oktober 2018 nanti.
Sebelumnya, AR Sugeng Riyadi, Kepala Pusat Astronomi Assalaam, sudah menjelaskan alasan mengapa fenomena langka ini bisa terjadi.
Baca Juga : Palu Kembali Diguncang Gempa 5,2 SR, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami
AR Sugeng Riyadi mengatakan bahwa itu terjadi karena posisi matahari berada tepat di atas suatu wilayah.
"Fenomena tersebut tidak terjadi pada hari yang sama, tergantung dengan posisi lintangnya.
Dan berdasar perhitungan pergeseran matahari," jelas AR Sugeng Riyadi.
Selain itu, pihaknya juga mengatakan bahwa fenomena ini terjadi dua kali setahun.
"Fenomena tersebut terjadi dua kali dalam setahun," kata AR SUgeng Riyadi.
Melansir dari kompas.com, saat fenomena ini terjadi, bayangan sebenarnya tidak hilang, tapi jatuh tepat di atas bendanya.
Baca Juga : Sempat Kecelakaan Hingga Kehilangan Kakinya, Muhammad Fadli Sumbang Perak di Asian Para Games 2018
Maka dari itu, manusia tidak bisa melihatnya sehingga bayangan seolah-olah hilang.
Di daerah khatulistiwa seperti Pontianak, fenomena langka ini akan terjadi setiap tanggal 21 Maret dan 23 September di setiap tahunnya. (*)