Find Us On Social Media :

Mengenal Fenomena Kulminasi Utama yang Terjadi di Sejumlah Daerah Indonesia Hari ini

By Dewi Lusmawati, Selasa, 9 Oktober 2018 | 13:22 WIB

Monas dan peta wilayah terdampak fenomena Kulminasi Utama di Indonesia

Laporan wartawan Grid.ID, Dewi Lusmawati

Grid.ID - Fenomena Kulminasi Utama atau hari tanpa bayangan terjadi di sejumlah daerah di Indonesia hari ini.

Peristiwa alam bejuluk Kulminasi Utama itu, terjadi pada hari Selasa (9/10/2018) sekitar pukul 11:40.

Hal ini seperti dikutip Grid.ID dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang meginformasikan bahwa peristiwa Kulminasi Utama atau hari tanpa bayangan akan terjadi di Jakarta dan Serang pada 9 Oktober 2018.

Melalui akun Twitter resmi @infoBMKG, BMKG mengunggah sebuah postingan.

"Halo sobat BMKG yang di Jakarta dan Serang, jangan lewatkan fenomena Hari Tanpa Bayangan siang ini yah tepat pukul 11.40 WIB.

Baca Juga : Kenakan Gaun, Raisa Tampil Cantik dengan Perut yang Membuncit, Pesona Bumil nih!

Kali aja bayangan masa lalumu yang pahit dengan si dia juga ikut menghilang," tulis @infoBMKG.

Dikutip dari Wartakota, Kulminasi atau transit atau istiwa adalah fenomena ketika Matahari tepat berada di posisi paling tinggi di langit.

Saat deklinasi Matahari sama dengan lintang pengamat, fenomenanya disebut sebagai kulminasi utama.

Berdasarkan informasi BMKG, pada saat itu, Matahari akan tepat berada di atas kepala pengamat atau di titik zenit.

Akibatnya, bayangan benda tegak akan terlihat 'menghilang', karena bertumpuk dengan benda itu sendiri.

Baca Juga : Pamer Foto Bareng Cewek Pasca Cerai, Bang Tigor Ngaku Seperti Adik Sendiri!

Karena itu, hari kulminasi utama dikenal juga sebagai Hari Tanpa Bayangan.

Hari tanpa bayangan terjadi karena bidang ekuator Bumi atau bidang rotasi Bumi tidak tepat berimpit dengan bidang ekliptika atau bidang revolusi Bumi.

Pada peristiwa ini, posisi Matahari dari Bumi akan terlihat terus berubah sepanjang tahun antara 23,5 derajat Lintang Utara sampai 23,5 derajat Lintang Selatan.

Hal ini disebut sebagai gerak semu harian Matahari.

Pada tahun ini, Matahari tepat berada di khatulistiwa pada 20 Maret 2018 pukul 23:15 WIB dan 23 September 2018 pukul 08:54 WIB.

Baca Juga : Berjuang Hidup Dua Hari dengan Separuh Badan Tertanam di Tanah, Korban Gempa Alami Halusinasi Saat Dievakuasi Petugas

Adapun pada 21 Juni 2018 pukul 17:07 WIB, Matahari berada di titik balik utara dan pada 22 Desember 2018 pukul 05:23 WIB Matahari berada di titik balik selatan.

Menurut informasi BMKG, mengingat posisi Indonesia yang berada di sekitar ekuator, Hari Tanpa Bayangan atau kulminasi di wilayah Indonesia akan terjadi dua kali dalam setahun.

Waktu terjadinya kulminasi tidak jauh dari saat Matahari berada di katulistiwa.

Khusus untuk kota Pontianak, Kalimantan Barat, yang terletak di khatulistiwa, fenomena ini terjadi bersamaan dengan saat Matahari tepat di khatulistiwa.

Berdasrakan informasi BMKG, peristiwa di Pontianak itu terjadi pada 20 Maret 2018, yang kulminasi utamanya terjadi pada pukul 11:50 WIB dan pada 23 September 2018 yang kulminasi utama pukul 11:35 WIB.

Baca Juga : Deretan Penampilan Cantik dan Kasual Nia Ramadhani dalam Balutan Jeans, Santai dan Tetap Memukau!

Di kota-kota lain di Indonesia, Hari Tanpa Bayangan atau kulminasi utama terjadi pada saat deklinasi Matahari sama dengan lintang kota tersebut.

Secara umum, kulminasi utama di Indonesia terjadi antara 22 Februari di Kupang hingga 8 April di Banda Aceh dan 10 September di Banda Aceh sampai 20 Oktober di Kupang.

Akibat fenomena Kulminasi Utama ini, bahkan bayangan Monas diprediksi akan menghilang selama 3 hari.

Hal ini seperti dikutip dari Kompas.com.

Monas akan mengalami fenomena langka yaitu kehilangan bayangannya selama 3 hari.

Tugu yang memiliki tinggi 132 meter ini akan kehilangan bayangan untuk sementara waktu.

Baca Juga : Raffi Ahmad dan Rafathar Beli Mie Yamin Gunakan Mobil Mewah Senilai Rp 9 Miliar

Marufin Sudibyo, astronom amatir, mengatakan bahwa bayangan Monas akan hilang selama sekitar 2 menit.

"Akan terjadi mulai 2 menit sebelum Dzuhur," kata Marufin saat dihubungi kompas.com pada Selasa (9/10/2018).

Selain itu, Marufin Sudibyo juga mengatakan bahwa fenomena langka tersebut akan berlangsung selama 3 menit.

Dia bahkan menyebutkan perkiraan waktu terjadinya fenomena langka ini.

"Berlangsung selama 3 menit dari 11.39 sampai 11.41," ujar Marufin Sudibyo.

Namun banyak kabar yang beredar jika fenomena langka ini hanya bisa disaksikan hari ini saja, Selasa (9/10/2018).

Baca Juga : Bikin Komik, Salah Satu Quality Time Marcellino Lefrandt dengan Anak

Menurut Marufin Sudibyo, fenomena langka ini bisa disaksikan selama 3 hari mulai 9 Oktober sampai 11 Oktober 2018 nanti.

Sebelumnya, AR Sugeng Riyadi, Kepala Pusat Astronomi Assalaam, sudah menjelaskan alasan mengapa fenomena langka ini bisa terjadi.

AR Sugeng Riyadi mengatakan bahwa itu terjadi karena posisi matahari berada tepat di atas suatu wilayah.

Bayangan monas sebenarnya tidak menghilang, tapi jatuh tepat di atas bendanya.

Maka dari itu, manusia tidak bisa melihatnya sehingga bayangan seolah-olah hilang.(*)