Find Us On Social Media :

Ini Alasan Miftahul Jannah, Atlet Judo Tuna Netra Indonesia Didiskualifikasi dari Asian Para Games 2018

By Dianita Anggraeni, Selasa, 9 Oktober 2018 | 14:35 WIB

Miftahul Jannah saat konferensi pers yabg digelar di GBK Arena, Senayan, Jakarta, Selasa (9/10/2018)

"Dia mendapatkan diskualifikasi dari wasit karena ada aturan wasit dan aturan tingkat internasional di Federasi Olahraga Buta Internasional (IBSA) bahwa pemain tidak boleh menggunakan jilbab dan harus melepas jilbab saat bertanding," kata Ahmad Bahar dikutip dari Antara.

Ahmad menjelaskan aturan ini sudah ada sejak lama. Aturan itu juga sangat jelas menyebutkan bahwa dalam judo jilbab dikhawatirkan membahayakan keselamatan atlet.

Baca Juga : Pakai Anting Seharga Rp1,3 Miliar, Netizen Bilang Bisa Beli Rumah

Atlet yang menggunakan jilbab berpotensi dimanfaatkan lawan untuk mencekik leher dan itu bisa berakibat fatal.

"Hal yang perlu ditekankan adalah juri bukan tidak memperbolehkan kaum muslim untuk ikut pertandingan. Aturan internasional mulai 2012, setiap atlet yang bertanding pada cabang judo tidak boleh berjilbab karena dalam pertandingan ada teknik bawah dan jilbab akan mengganggu," ujar Ahmad Bahar.

Ahmad menegaskan aturan ini murni karena alasan keselamatan dan bukan diskriminasi atlet.

Baca Juga : Baru Aktif di Instagram, Intip OOTD Pertama yang Diunggah Mayangsari !

Ketua Umum Komite Paralimpiade Nasional (NPC) Indonesia, Senny Marbun, mengatakan pelatih judo atlet disabilitas Indonesia tidak mengetahui aturan larangan penggunaan jilbab di kompetisi internasional seperti Asian Para Games 2018.

Menanggapi hal ini, Senny Marbun menjelaskan para pelatih judo sebenarnya sudah diberitahu tentang aturan itu.

Namun, aturan larangan berjilbab itu kemungkinan belum dimengerti karena terkendala bahasa.

Baca Juga : Intip yuk Gemesnya Gempita Nora Marten Bernyanyi Sambil Main Ukulele!

"Pelatih judo kami tidak dapat berbahasa Inggris dan tidak tahu aturan larangan berjilbab ketika ada rapat delegasi teknis dari Komite Paralimpiade Asia," kata Senny dalam jumpa dikutip dari Antara.

"Dia juga tidak meminta tolong kepada sesama pelatih untuk menerjemahkan aturan itu. Prinsipnya dalam olahraga tidak ada diskriminasi," ujar Senny menambahkan.

(*)