Sehingga ketika RSTKA menjalankan misi di suatu pulau maka persoalan kesehatan masyarakat setempat relatif terselesaikan.
“Sistem jemput bola itu dianggap sangat efektif. Bukan pasien yang mendatangi rumah sakit tetapi sebaliknya rumah sakit beserta tim dokter yang mendatangi lokasi pasien,” papar Herry.
Herry melihat sendiri ketika RSTKA melakukan misi pelayanan ke Pulau Sapeken, Madura, beberapa bulan lalu.
Saat itu ribuan pasien termasuk ratusan diantaranya dilakukan tindakan operasi dari berbagai jenis sakit tertangani dengan baik.
Jumlah pasien begitu banyak karena pasien bukan hanya berasal dari Pulau Sapeken saja tetapi warga yang berada di pulau sekitarnya datang ke sana.
Yang membuat Herry kagum untuk menuju pulau tersebut sekitar 90-an tenaga medis dan paramedis yang datang dari Surabaya itu harus naik perahu dengan ombak yang cukup tinggi.
“Jadi tidak sekadar modal kemampuan serta fasilitas RSTKA saja tetapi kesungguhan para dokter bela-belain mau datang menangani pasien dengan menerjang kondisi alam yang cukup berat menuju lokasi pelayanan itu juga patut diapresiasi,” cerita Herry.
Herry lebih jauh menjelaskan YBM PLN memiliki lima pilar program utama yaitu meliputi, sosial kemanusiaan, kesehatan, pendidikan, pemberdayaan ekonomi dan dakwah.
Baca Juga : 4 Fakta Penemuan Jenazah Atlet Paralayang yang Jadi Korban Gempa Donggala, Datang untuk Mengikuti Festival
Dalam musibah gempa dan tsunami di Palu dan Donggala ini YBM PLN selain mengalokasikan dana untuk kesehatan juga ada alokasi untuk sosial kemanusiaan yang diwujudkan dalam bentuk berbagi sembako.
Ada makanan siap saji, pakaian, selimut, terpal, kebutuhan anak-anak sebesar Rp 2 milyar, Rp 1 milyar untuk dana kesehatan yang Rp 500 diantaranya disalurkan melalui RSTKA.
Untuk kasus tertentu seperti yang terjadi di Palu, Donggala maupun gempa Lombok yang terjadi sebelumnya YBM PLN juga memberi bantuan lanjutan paska bencana.
“Misalnya sekitar sebulan atau dua setelah bencana berlalu kami punya tim yang akan mengunjungi lagi lokasi bencana. Jika ada masyarakat yang membutuhkan rumah, misalnya maka kita akan bantu membangun tempat tinggal baru, tapi tentu siapakah yang paling berhak kami punya kriteria,” imbuh Herry.
Gandhi Wasono M.