Baca Juga : Gempa Donggala : Alasan BMKG Mencabut Peringatan Tsunami
Bukan lambat, tapi kecil.
Kalau lebih kecil potensi hujannya jadi relatif lebih kecil.
Suhunya jadi panas'", lanjut Hary.
Baca Juga : Gempa Bumi Melanda Tiga Daerah Indonesia Sekaligus, Tak Berpotensi Tsunami, Simak Penjelasan BMKG
Hary menjelaskan jika kelembaban udara yang rendah itu berkaitan dengan aliran massa udara dingin dan kering dari Australia menuju Indonesia bagian selatan khatulistiwa.
Terutama Jawa, Bali dan Nusa Tenggara.
Kelembaban udara tercatat kurang dari 60 persen pada ketinggian 3 sampai 5 km dari permukaan.
Baca Juga : Gempa Bumi 7,7 SR Mengguncang Sulawesi Tengah, BMKG Sempat Keluarkan Peringatan Tsunami
Hary juga menekankan jika cuaca dan musim di tahun 2018 ini tergolong normal.
"Tidak sebasah dua tahun sebelumnya", ujarnya sambil menerangkan bahwa tahun 2016 dan 2017 bisa dikatakan sebagai tahun basah.
Sementara 2015 disebut tahun kering.
Baca Juga : BMKG Umumkan Peringatan Dini Tsunami Usai Gempa Berkekuatan 7,7 SR Guncang Donggala, Sulawesi Tengah
Menjawab keluhan beberapa masyarakat Indonesia yang mungkin mulai mempertanyakan kapan akan turun hujan di Indonesia.
Untuk wilayah Jawa, Hary menjelaskan bahwa hujan akan segera turun meski mundur dari jadwal.
Menurut perkiraan BMKG, hujan mundur 10 sampai 30 hari ke belakang.
Baca Juga : BMKG Ungkap Penyebab Gempa Yogyakarta yang Terjadi pada Rabu Dini Hari
Jadi diperkirakan hujan akan turun mulai akhir Oktober atau awal November. (*)