Find Us On Social Media :

Nur Syamsiyah, Putri Penjual Cilok yang Jadi Wisudawan Terbaik Unair

By Agil Hari Santoso, Kamis, 11 Oktober 2018 | 19:20 WIB

Nur Syamsiyah dari FISIP Unair, putri penjual cilok yang meraih predikat wisudawan terbaik dengan IPK 3,90.

Laporan Wartawan Grid.ID, Agil Hari Santoso

Grid.ID - Nur Syamsiyah (21) mampu menjadi wisudawan terbaik Unair walau hanya seorang putri dari penjual cilok. 

Di balik kesuksesannya menjadi wisudawan terbaik Unair, Nur Syamsiah ternyata selalu bekerja keras untuk perkuliahannya dan membantu ekonomi keluarganya. 

Tahun 2014, menjadi awal ia belajar di Universitas Airlangga Surabaya sebelum akhirnya Nur Syamsiyah lulus dengan predikat wisudawan terbaik Unair dengan IPK nyaris sempurna, 3,90. 

Baca Juga : Dalang Bom Gereja di Surabaya, Dita Supriyanto, Ternyata Mahasiswa DO Unair yang Punya IPK Segini!

Mengutip dari Tribunnews.com, Nur Syamsiyah mengaku bisa fokus ke perkuliahannya selama 4 tahun di karena ia mendapatkan beasiswa bidikmisi.

Perempuan yang lahir di Surabaya, 5 Maret 1997 ini mengungkapkan, dirinya telah menyiapkan rencana perkuliahannya sejak semester pertama ia kuliah Sosiologi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Poplitik (FISIP) Unair.

"Awal tahun kuliah, saya gunakan untuk beradaptasi dengan lingkungan kampus. Aktif di organisasi Mapanza, AUBMO (Organisasi Bidikmisi Unair)," ujar Nur Syamsiyah seperti yang telah dilansir di Tribunnews.com.

Baca Juga : Mahasiswa Unair Manfaatkan Daun Ini Sebagai Bahan Pembasmi Bakteri Toilet, Harganya Murah Pula

Ayah yang bekerja sebagai penjual cilok dan sang ibu yang menjual nasi kotak, membuat Nur Syamsiyah berusaha bekerja di sela waktu perkuliahannya untuk membantu penghasilan keluarga.

Mengutip dari Kompas.com, Nur Syamsiyah pernah mencoba melakukan beberapa pekerjaan sampingan.

Pekerjaan seperti guru ngaji, hingga bekerja sebagai tenaga peneliti pernah dilakukannya.

Baca Juga : Hari Pahlawan : Bukan Hanya Brigjen Mallaby, Ada Satu Lagi Perwira Inggris yang Tewas dalam Pertempuran 10 November Surabaya

"Saya juga pernah menjadi kasir di tempat rental game selama sebulan," ujar Nur seperti yang telah dilansir Kompas.com.

Selain mencari pekerjaan sampingan, Nur membantu ekonomi keluarga dengan mengikuti lomba.

Dengan mengikuti lomba, ia bisa membantu membiayai tiga orang adiknya dengan hadiah yang ia peroleh dari memenangkan lomba.

Baca Juga : Unik, Tak Hanya Berjualan Cilok, Pria Ini Juga Mahir Bercerita Seperti Dalang loh

Nur mengungkapkan, lomba yang paling sering ia ikuti adalah lomba debat.

"Paling banyak lomba debat, sampai ketagihan. Di lomba debat saya belajar banyak cara mengungkapkan pendapat dan argumen," ujarnya.

Berkat usahanya tersebut, ia sukses meraih predikat wisudawan terbaik Unair Surabaya dengan IPK nyaris sempurna, yakni 3,90.

Baca Juga : Berhasil Lampaui Target Perolehan Medali Emas, Indonesia Ukir Sejarah Baru di Asian Para Games

Selain meraih predikat wisudawan terbaik, ia mendapatkan tawaran S2 gratis tanpa tes di Unair.

"ini kesempatan emas bagi saya. Dosen-dosen saya juga menyarankan agar diambil," ujar Nur seperti yang telah dilansir oleh Kompas.com.

Mengutip Tribunnews.com, Nur mengaku ingin mencoba mendaftar S2 di universitas impiannya, Lund University di Swedia.

Baca Juga : Gempa Hari Ini: Mengenal Sesar Kambing yang Diduga Jadi Penyebab Gempa Situbondo, Terbentuk 5 Juta Tahun Lalu hingga Membentang Sepanjang 300 km

"Ada universitas impian saya, Lund University yang saya ingin ambil, studi tentang pembangunan. Saya juga membuka peluang-peluang yang mungkin bisa saya ambil," ungkap Nur Syamsiyah.

Kebanggaan Orang tua

Ibu Nur Syamsiah, Erna, mengaku bangga dan beryukur setelah Rektor Unair mengundangnya berkat prestasi yang diraih Syam.

"Syam punya semangat, walau dari keluarga tidak mampu," ujar Erna.

Sebagai orang tua Syam, Erna mengaku hanya bisa mendukung putrinya asal sang anak mau bertanggung jawab dengan apa yang dilakukannya.

Baca Juga : Unggah Status Meresahkan Tentang Gempa Situbondo, Pemuda ini Dipanggil Polisi

Erna mengaku, ia selalu mengatakan kepada Syam untuk mencoba meraih cita-cita walaupun hanya berasal dari keluarga yang tidak mampu.

"Dan selama menuntut ilmu, jangan lupa berdoa, sebagai kewajiban dari hamba Allah," tambah Erna. (*)