Setelah menghabiskan waktu dua pekan di Palu untuk membantu korban gempa dan tsunami, Alfrtis kembali ke Gorontalo dan langsung mengunjungi istrinya di Rs Aloei Saboe.
Saat itu, setelah salat Zuhur, Vita meminta sang ayah mengumandangkan azan dan iqamat disampingnya.
Menjelang sore hari, Vita meminta suami dan ayahnya untuk segera shalat Ashar di masjid rumah sakit.
Sepeninggal kedua lelaki yang dicintainya, Vita kemudian meminta adi bungsunya membaca Al Quran di sisinya, ia ingin mendengarkan ayat-ayat suci ini.
Usai shalat Ashar, Alfrits dan mertuanya kembali ke ruang perawtan dan melihat adik Vita masih mengaji.
Saat itu Alftrits dan mertuanya merasa Vita tidur dengan sangat lelap di samping adiknya.
Tapi, saat itu sebenarnya Vita benar-benar tidur untuk selamanya.
Wanita penyabar dan berhati besar ini telah dipanggil sang Khalik selamanya.
Suami dan keluarga Vita merasa terpukul dengan kepergian, tapi mereka mengikhlaskan kepergiannya.
Vita telah pergi, namun ia meninggalkan kenangan yang indah untuk suami dan keluarganya.
Baca Juga : Kisah Perjuangan Hidup Korban Gempa Palu dan Gelombang Tsunami, Subaini dan Ketiga Anaknya
Hingga wafatnya, almarhumah Vita belum dikaruniai anak, tapi wanita penyabar tersebut memiliki tekad belajar yang kuat.
Hal ini terbukti, Vita tercatat sebagai dosen di Politeknik Goronotalo dan menjabat sebagai Kasubag Pengembangan Kerja Sama.
"Bencana di Sulteng meninggalkan duka yang mendalam untuk bangsa Indonesia.
Kami hadir, bekerja keras untuk misi kemanusiaan. Tahukah Anda?
Ketika sang pejuang kemanusiaan rela atas kehilangan sang istri tercinta, kami berduka sedalam-dalamnya," kata Dierktur Operasi Basarna Brigjen Mar Bambang Suryo Aji. (*)