Grid.ID - Kegelisahannya melihat ketimpangan di masyarakat dalam mendapatkan akses terhadap produk dan layanan, menghasilkan Tokopedia, marketplace yang menghubungkan penjual dan pembeli dari seluruh nusantara.
William Tanuwijaya mungkin satu dari sedikit pengusaha yang berhasil membangun bisnis tanpa modal, selain sebuah ide besar dan kejelian melihat peluang.
William melihat banyak potensi yang tersimpan di negara tercinta ini.
Namun, karena infrastruktur yang belum merata, akses untuk mendapatkan akses produk dan layanan pun tidak merata.
Baca Juga : Kabar Terkini Rini Puspitawati, Korban Laka Honda CRV di Sarangan
Masyarakat di kota kecil dan pedalaman harus pindah ke kota besar untuk mendapatkan kesempatan dan peluang yang lebih besar.
Demikian juga akses terhadap produk dan layanan.
Tidak jarang masyarakat di kota kecil harus membayar lebih dibanding masyarakat di kota besar.
“Saya melihat teknologi, terutama internet, dapat menjadi solusi permasalahan ketimpangan ini. Lalu, terpikirlah ide untuk membangun marketplace yang menghubungkan penjual dan pembeli dari seluruh nusantara, menyelesaikan masalah ketimpangan peluang dan kepercayaan,” terang pria yang sempat bekerja sebagai penjaga warnet ini.
Baca Juga : Intip Identitias Pria yang Rela Gendong Syahrini Menuju Panggung Karena Jalan Becek
Namun, untuk membangun sebuah perusahaan tentunya memiliki modal yang besar.
Terinspirasi dari anak muda di Silicon Valley yang mampu membangun industri baru lewat internet dan mencari permodalan dari pemodal-pemodal ventura, ia pun bertekad melakukan hal sama.
Awalnya, banyak investor yang menyangsikan serta bersikap pesimis terhadap idenya tersebut.
Butuh waktu dua tahun meyakinkan investor, hingga akhirnya Tokopedia bisa mulai tahun 2009.
Baca Juga : Cerita Sheza Idris, Lakukan Perjalanan 24 Jam Demi Pulang ke Tanah Air dalam Kondisi Hamil
Saat membangun Tokopedia, salah satu perwakilan Young Global Leaders di 2016 World Economic Forum ini menganggap jika E-commerce di Indonesia memiliki model bisnis yang beragam.
Namun, Tokopedia bukanlah online retailer yang menjual produk langsung kepada penggunanya.
Tokopedia adalah marketplace yang menjadi wadah bertemunya penjual dan pembeli.
Baca Juga : Intip Pandainya Anak Ayu Ting Ting, Bilqis Khumairah Razak saat Berlatih Balet
Pemerataan Ekonomi
“Marketplace mengenal beberapa model bisnis. Ada yang mengakomodasi cross-border transaction, menerima penjual dari berbagai belahan dunia dan mengakomodasi transaksi impor secara langsung kepada penggunanya. Namun, Tokopedia fokus pada misinya mendorong pemerataan ekonomi secara digital, dengan cara hanya menerima penjual yang berdomisili di Indonesia, dan hanya mengakomodasi transaksi antara penjual domestik dengan pengguna yang berdomisili di Indonesia. Dengan model seperti ini, brand lokal punya kesempatan untuk bersaing dengan brand global,” tutur William.
William menambahkan bahwa sebelum kehadiran marketplace seperti Tokopedia, tantangan terbesar brand lokal yang memiliki produk bagus adalah membangun jalur distribusi untuk memasarkan produk.
Jalur distribusi ini biasanya sangat mahal.
Baca Juga : Perut Nikita Willy Jadi Perbincangan saat Rayakan Ulang Tahun Sang Adik
Coba lihat di mal besar, sulit ditemukan brand lokal karena terbentur persoalan kekuatan menyewa lokasi premium.
Mereka mesti bersaing dengan brand global yang punya kekuatan modal lebih besar.
“Kehadiran marketplace memungkinkan setiap brand Indonesia bahkan brand baru, dapat langsung memasarkan produk dan mendapatkan akses langsung ke ratusan juta calon pembeli di seluruh Indonesia.”
Tahun ini, Tokopedia meluncurkan inisiatif baru, MAKERFEST, festival yang bertujuan menemukan brand masa depan Indonesia.
Baca Juga : Intip Lucunya Gaya Arsy Hermansyah saat Lakukan Falling Stars Challenge!
Bekerjasama dengan Bekraf, Kemenkominfo, Kementerian Perdagangan, serta Kementerian Perindustrian, tujuan MAKERFEST adalah menemukan para maker (produsen lokal) dan memastikan mereka tidak berhenti di level UMKM, tapi bisa naik kelas menjadi industri dan menjadi brand-brand masa depan Indonesia di panggung dunia.
Sebagai pelopor penggerak digital ekonomi, Tokopedia akan didaulat sebagai salah satu pembicara dalam WCCE.
“Tentunya sebuah kebanggaan untuk Tokopedia dapat mewakili Indonesia dalam sektor ekonomi kreatif di konferensi tingkat dunia, dan semoga bisa membawa kebanggaan untuk Indonesia. Presentasi yang akan di-share di forum ini adalah isu dan tantangannya dalam dunia kreatif,” ucap pengusaha kelahiran 18 November 1981 ini.
Baca Juga : Angel Lelga Ungkap Alasan Tak Hadir di Sidang Cerai Pertamanya dengan Vicky Prasetyo
Pebisnis muda lulusan Universitas Bina Nusantara tahun 2003 ini selalu percaya bahwa masyarakat adalah regulator tertinggi.
Dalam hitungan detik, setiap pengguna dapat beralih ke aplikasi lain sekiranya kecewa terhadap layanan salah satu aplikasi.
“Kepercayaan dari pengguna adalah hal paling utama dalam menjalankan bisnis. Sementara dari sisi pemerintah, regulasi yang tepat adalah regulasi yang sifatnya light touch policy, dan safe harbor policy, mengingat untuk bisnis teknologi, perubahan model bisnis dan teknologi terjadi sangat cepat sehingga policy yang diatur pun sifatnya harus dalam ranah prinsipal sehingga cukup fleksibel dalam memberikan ruang inovasi untuk akomodasi perubahan model bisnis yang cepat.”
Baca Juga : Tak Ingin Bercerai, Delon Ajak Yeslin Wang Pacaran Lagi
Ditambahkan William, pelaku industri kreatif Indonesia sangat beruntung karena pemerintah Indonesia saat ini benar-benar mendukung pertumbuhan sektor teknologi dan ekonomi kreatif mulai dari komitmen dan visi Presiden Jokowi di tahun 2015, dukungan Bekraf, dan berbagai kementerian terkait.
“Termasuk di WCCE ini, salah satu perusahaan yang diberikan kesempatan mewakili sektor ekonomi kreatif adalah perusahaan rintisan teknologi asal negeri sendiri, seperti Tokopedia. Pemerintah benar-benar merangkul teknologi dan industri kreatif sebagai harapan agar Indonesia bisa leap frog ikut berpartisipasi aktif dalam Revolusi Industri 4.0.”
(*)