Grid.ID - Tewasnya jurnalis Arab Saudi, Jamal Khashoggi mendapat perhatian dunia.
Jamal Khashoggi tewas dibunuh ketika mengunjungi konsulat Arab Saudi pada 2 Oktober 2018.
Jamal Khashoggi saat itu mengunjungi konsulat Arab Saudi bersama tunangannya, Hatice Cengiz.
Dikutip dari The Guardian, Sabtu (20/10) rupanya keluarga Khashoggi merupakan trah terpandang di Arab Saudi.
Baca Juga : Arab Saudi Akui Jamal Khashoggi Tewas di Konsulatnya, Namun Tak Ungkapkan Keberadaan Jasadnya
Kakeknya merupakan dokter pribadi Raja Abdul Aziz, pendiri kerajaan Saudi of Arabia.
Terlebih pamannya, Adnan Khashoggi ialah orang terkaya di Arab Saudi lantaran bisnis makelar senjatanya.
Adnan Khashoggi pun amat akrab dengan Raja Fahd, penguasa Arab Saudi sebelum Raja Salman.
Adnan menjadi akrab dengan keluarga kerajaan lantaran dirinya menyediakan akses senjata bagi militer Saudi dari dulu hingga sekarang.
Baca Juga : Dicap Pembelot Negara, Jamal Khashoggi Rupanya Pernah Lakukan Operasi Intelijen, Targetnya Osama Bin Laden
Tanpanya niscaya Saudi bakal kesulitan mendapatkan senjata dari blok barat.
"Mereka (trah Khashoggi) adalah keluarga kaya, berpendidikan," kata Ali al-Ahmed yang merupakan aktivis Arab Saudi, rekan Jamal Khashoggi.
Tak jauh-jauh dari pamannya, Jamal Khashoggi juga pernah menjadi penasihat badan intelijen negara Saudi.
Salah satu operasi yang dilakukan Jamal saat masih bertugas di badan intelijen Saudi ialah membujuk Osama bin Laden agar menghentikan permusuhannya dengan Barat.
Baca Juga : 4 Dosa Putra Mahkota Arab Saudi, dari Memenjarakan Aktivis Perempuan Hingga Hilangnya Jamal Khashoggi
Ali al-Ahmed melanjutkan jikalau Jamal sebenarnya seorang yang patriotik.
Ia hanya tak suka negaranya menjadi berantakan lantaran kepemimpinan putra mahkota Mohammed bin Salman.
"Di Washington, dia mewakili monarki Saudi dan membela mereka. Hari ini jika Anda mendengarnya dibunuh karena kritik terhadapa kerajaan, maka saya terkejut," kata Ahmed.
Hal senada juga diungkapkan oleh Khaled Saffuri, rekan Jamal yang sudah mengenalnya selama 25 tahun.
"Dia sangat dekat dengan keluarga kerajaan di Arab Saudi," kata Khaled Saffuri.
"Kami juga sering bertemu di lembaga think tank di DC. Setiap kali ada acara tentang Timur Tengah, dia tidak pernah melewatkannya."
"Yah, kamu tahu, dia adalah seorang yang mandiri. Dia berpikir dengan caranya sendiri," tambah Saffuri.
Sebelum dieliminasi, Jamal Khashoggi sempat diwawancarai oleh National Public Radio mengenai gaya kepemimpinan putra mahkota Mohammed bin Salman.
Jamal menganggap, sekarang Mohammed sebagai penguasa tunggal mutlak di Saudi.
"Perebutan kekuasaan sudah berakhir. [Mohammed] benar-benar memegang kendali, dan dia tidak punya orang untuk menantang aturannya," kata Khashoggi kepada Michel Martin dari NPR pada Mei 2018.
Kritiknya terhadap kepemimpinan Mohammed mengantarkannya menemui ajal di konsulat Arab Saudi di Istanbul, Turki, 2 Oktober lalu. (Seto Aji/Grid.ID)