Find Us On Social Media :

5 Fakta di Balik Peristiwa Sumpah Pemuda yang Diperingati Setiap 28 Oktober, Ternyata Pesertanya Masih Berbahasa Belanda

By Puput Akad Ningtyas Pratiwi, Senin, 22 Oktober 2018 | 16:17 WIB

Ilustrasi Kongres Pemuda II 28 Oktober 1928 yang diperingati sebagai Hari Sumpah Pemuda

Laporan wartawan Grid.ID, Puput Akad

Grid.ID - Hari Sumpah Pemuda diperingati setiap tahunnya di Indonesia pada tanggal 28 Oktober.

Pada tanggal 28 Oktober 2018 mendatang, peringatan Sumpah Pemuda telah menginjak tahun ke-90.

Ditetapkannya tanggal 28 Oktober sebagai Hari Sumpah Pemuda rupanya tak lepas dari peristiwa bersejarah lainnya yaitu gelaran Kongres Pemuda II.

Baca Juga : Nggak Hanya Arsya Putra Ashanty, Anak Artis yang Mirip Cewek Korea ini Juga Berulang Tahun di Hari Sumpah Pemuda Loh!

Kongres Pemuda II merupakan kongres pergerakan pemuda Indonesia yang digelar di Batavia (Jakarta) pada 27-28 Oktober 1928.

Kongres ini menjadi salah satu hari bersejarah yang dikenang karena telah melahirkan sebuah ikrar pemersatu bangsa Indonesia yang kini dikenal sebagai  Sumpah Pemuda.

Ikrar Sumpah Pemuda yang disusun pada Kongres Pemuda II berisikan 3 kalimat yang berbunyi sebagai berikut.

Baca Juga : Menurut Agnez Monica, Makna Sumpah Pemuda Itu Adalah Mandiri dan Tidak Tergantung Orang Lain

"Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia.

Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.

Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia."

Baca Juga : Hari Pahlawan : 73 Tahun Berlalu, Begini Kondisi Hotel Yamato Sekarang Tempat Dirobeknya Bendera Belanda

Sumpah Pemuda bukanlah ikrar biasa, melainkan sebuah penegasan kecintaan para pemuda Indonesia saat itu terhadap Tanah Air Indonesia, bangsa Indonesia, dan bahasa persatuan Bahasa Indonesia.

Di balik perjuangan para pemuda pemudi saat itu, terdapat beberapa fakta unik seputar Hari Sumpah Pemuda yang patut kamu ketahui.

 

 

1. Diikuti sekitar 700 peserta dari berbagai suku di Indonesia

Dilansir dari Kompas.com, Kongres Pemuda II yang menjadi cikal bakal Sumpah Pemuda diikuti oleh peserta yang jumlahnya mencapai 700 orang dari berbagai suku di Indonesia.

Baca Juga : Tragedi Bintaro 1987, Berawal dari Salah Paham Hingga Jadi Sejarah Kelam Kereta Api Indonesia

Para peserta Kongres Pemuda II berasal dari berbagai organisasi pemuda yang ada pada waktu itu, di antaranya Jong Java, Jong Ambon, Jong Celebes, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, Sekar Rukun, Perhimpunan Pelajar-pelajar Indonesia (PPPI), dan Pemuda Kaum Betawi.

Namun dari sekian banyak peserta, tercatat hanya ada 6 pemudi yang ikut serta dalam peristiwa bersejarah ini.

Dilansir Grid.ID dari Bobo.grid.id, mereka di antaranya Dien Patow, Emma Poeradiredjo, Jo Tumbuan, Nona Tumbel, Poernamawoelan, dan Siti Sundari.

Baca Juga : Sejarah Hari Santri Nasional yang Diperingati Setiap 22 Oktober, Ternyata Berkaitan dengan Kemerdekaan Indonesia

2. Awalnya tak disebut sebagai Sumpah Pemuda

Dilansir dari laman Tribun Manado, ikrar Sumpah Pemuda yang dibacakan dalam Kongres Pemuda II dirumuskan oleh Mohammad Yamin.

Pada kongres tersebut, Yamin bertugas sebagai sekretaris sekaligus perumus tunggal dari naskah Sumpah Pemuda.

Akan tetapi pada waktu itu, baik peristiwa maupun rumusan ikrar tersebut tak memiliki sebutan atau judul tertentu seperti yang kita kenal sekarang.

Baca Juga : John Lie: Pahlawan Indonesia Keturunan Tionghoa yang Jadi Penyelundup Senjata

Penyebutan istilah Sumpah Pemuda baru diberlakukan resmi sejak tahun 1959 dengan dikeluarkannya Keppres No. 316 Tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959 yang menetapkan Hari Sumpah Pemuda sebagai Hari Nasional.

 

3. Lagu Indonesia Raya diperdengarkan tanpa syair

Lagu kebangsaan Indonesia Raya memiliki kaitan erat dengan peristiwa Sumpah Pemuda karena pada hari itu lagu ini diperdengarkan untuk pertama kalinya di hadapan para peserta Kongres Pemuda II.

Baca Juga : 10 Tokoh Bangsa Indonesia Lahir di Bulan Juni, Presiden Hingga Pahlawan Nasional

Lagu ini diciptakan dan dibawakan oleh Wage Rudolf Supratman atau yang dikenal sebagai WR Supratman.

Mengingat Kongres Pemuda II mendapat pengawasan ketat dari polisi Belanda, lagu ini akhirnya hanya dimainkan dengan instrumen biola tanpa menggunakan syair.

4. Para peserta Kongres Pemuda II justru masih menggunakan bahasa Belanda

Dalam rumusan Sumpah Pemuda terdapat pernyataan untuk menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Baca Juga : Milenial Juga Harus Paham Sejarah! Ternyata Begini Sejarah Hari Kesaktian Pancasila, Masih Berkaitan dengan G30S/PKI

Akan tetapi, selama berlangsungnya Kongres Pemuda II ternyata penggunaan bahasa Belanda masih mendominasi.

Misalnya, Siti Soendari yang turut menyampaikan pidatonya dalam kongres tersebut dalam bahasa Belanda.

Tak hanya pembicara, para notulen rapat pun diketahui menulis catatan menggunakan bahasa Belanda.

Baca Juga : Hari Ini dalam Sejarah : Lahirnya Wahana Pembawa Malapetaka Ke Jepang

Meskipun demikian, ada pula yang mahir berbahasa Melayu, yakni sang perumus ikrar Sumpah Pemuda, Mohammad Yamin.

5. Dijaga ketat polisi Belanda dan peserta dilarang mengucap kata merdeka

Kongres Pemuda II memang berhasil digelar, namun bukan berarti penyelenggaraannya tak mendapat halangan dari penjajah Belanda yang menguasai Indonesia pada masa itu.

Dilansir laman Bobo.grid.id, acara Kongres Pemuda II ternyata berlangsung dengan penjagaan ketat dari para polisi Belanda.

Tak hanya itu, para pemuda dilarang keras untuk mengucapkan kata merdeka.

Baca Juga : Hari Batik Nasional, Inilah Sejarah dan 5 Motif Batik Paling Populer

Meskipun begitu, para pemuda sangat cerdik untuk menyiasati keterbatasan tersebut.

Buktinya, mereka mampu menyusun ikrar Sumpah Pemuda untuk menyatukan bangsa Indonesia tanpa perlu menyebut kata merdeka di dalamnya.

Fakta-fakta tersebut menjadi bukti besarnya pengorbanan para pemuda dan pemudi Indonesia pada masa itu agar dapat mengikrarkan Sumpah Pemuda.

Oleh karenanya, kita sebagai generasi muda tak menganggap sepele peringatan Hari Sumpah Pemuda dan hendaknya menjadikan momen ini sebagai motivasi untuk terus berkarya bagi negara ini. (*)

Baca Juga : Google Doodle Ikut Rayakan Hari Anak Nasional di Indonesia, Berikut Sejarahnya