Laporan wartawan Grid.ID, Tata Lugas Nastiti
Grid.ID - Perayaan Maulid Nabi 2018 dimaknai dengan beragam cara yang berbeda-beda, salah satunya tradisi Baayun Maulid di kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Tradisi Baayun Maulid ini diselenggarakan oleh warga kota Banjarmasin dalam rangka merayakan Maulid Nabi 2018.
Warga kota Banjarmasin sendiri telah melaksanakan tradisi Baayun Maulid secara turun temurun dalam menyambut datangnya Maulid Nabi 2018.
Baca Juga : Maulid Nabi 2018: Mengenal Tradisi Bungo Lado, Pemberian Pohon Uang ke Masjid di Padang Pariaman
Perayaan maulid Nabi merupakan hari penting dalam kalender dengan penanggalan sistem hijjriyah.
Peringatan Maulid Nabi tepat jatuh pada tanggah 12 Rabiul Awal dalam kalender penanggalan hijriyah.
Maulid Nabi merupakan peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW, nabi terakhir dalam sejarah Islam.
Baca Juga : Resmi Berhijab, Begini Gaya Kasual Istri Ricky Harun, Herfiza yang Bisa Ditiru Untuk Menyambut Maulid Nabi
Nabi Muhammad SAW lahir di hari Senin pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun Gajah.
Pada tahun tersebut, terdapat persitiwa bersejarah dimana pasukan gajah yang dipimpin oleh Abrahah berusaha untuk menghancurkan Ka'bah.
Namun dengan pertolongan Allah SWT, Ka'bah mendapat perlindungan dan pasukan gajah milik Abrahah berhasil dikalahkan oleh burung-burung Abababil yang menjatuhkan batu-batuan panas.
Dalam memperingati hari lahir Nabi Muhammad SAW, maka tanggal 12 Rabiul Awal diperingatai sebagai hari Maulid Nabi.
Hari peringatan Maulid Nabi di Indonesia sendiri termasuk salah satu hari libur nasional.
Pada tahun ini, peringatan Maulid Nabi jatuh pada tanggal 20 November 2018.
Baca Juga : Hanya Butuh 1x24 Jam Bagi Polisi untuk Mengungkap Jika FX Ong Habisi Keluarganya Sendiri
Setiap daerah di Indonesia, memiliki beragam tradisi yang berbeda-beda dalam memperingati Maulid Nabi.
Salah satunya adalah tradisi unik warga kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Warga kota Banjarmasin memiliki tradisi bernama Baayun Maulid dalam rangka memperingati hari Maulid Nabi.
Baca Juga : Hari Pahlawan: Menilik Kondisi Terkini 4 Titik Lokasi Pertempuran di Surabaya Pada 10 November 1945
Dilansir Grid.ID dari Tribunnews, tradisi Baayun Maulid ini adalah tradisi mengayunkan tubuh dengan menggunakan ayunan sembari membaca atau dibacakan dzikir dan shalawat nabi.
Dalam perayaan tradisi ini, ratusan warga akan berkumpul di mesjid dengan beragam jenis dan bentuk model ayunan.
Pada perayaan tradisi Baayun Maulid, tidak hanya anak-anak dan bayi saja yang diayun dalam ayunan.
Baca Juga : Tabloid Bola Ucapkan Salam Perpisahan, Tagar #TerimaKasihTabloidBola Trending Di Twitter
Orang tua dan warga lansia juga ikut berpartisipasi dalam tradisi ini.
Tradisi ini dilakukan dengan mengayunkan tubuh pada ayunan khusus sembari membaca atau dibacakan ayat-ayatu suci.
Ayunan yang digunakan juga tidak sembarang.
Baca Juga : Sudah Dipersiapkan dengan Matang, Begini Cara FX Ong Habisi Keluarganya Sendiri
Para warga mendesain sendiri ayunan yang mereka gunakan dengan berbagai ukiran dan model yang yang menyimbolkan harapan dan doa.
Ayunannya juga dihiasi berbagai macam benda yang dalam tradisi orang Banjar memiliki makna-makna dan harapan tertentu bagi yang diayun.
Misal menghias ayunan dengan janur yang diletakkan dibagian atas ayunan.
Janur tersebut akan bermakna kebersihan dan diharapkan orang yang diayun akan selalu senang dengan kebersihan.
Baca Juga : Sempat Viral, Bayi Kembar Tujuh Pertama di Dunia Kini Beranjak Dewasa, Lihat Transformasinya!
Atau menghias ayunan dengan janur berbentuk bunga dan burung.
Janur dengan bentuk ini menyimbolkan kebesaran kerajaan Banjar di masa lalu.
Orang yang diayun dalam ayunan tersebut diharapkan menjadi generasi yang memiliki kejayaan dan kebesaran seperti kerajaan Banjar di masa lalu.
Baca Juga : Heboh dan Meriahnya Perkawinan Nenek 65 Tahun dengan Lajang 20 Tahun
Dilansir Grid.ID dari Tribun Banjarmasin, menurut budayawan Kalimantan Selatan, Mujahidin, tradisi ini sudah dilakukan sejak dulu oleh rakyat Banjar.
Tidak hanya dari kalangan bangsawan saja, rakyat biasa juga melakukan tradisi ini.
Tradisi sudah ada diantara masyarakat suku Banjar bahkan jauh sebelum islam masuk ke Kalimantan Selatan.
Baca Juga : Tragedi Satu Keluarga Tewas di Palembang, Sosok Istri FX Ong Ternyata Sempat Bertemu Anjasmara
Baayun Maulid merupakan tradisi perpaduan antara budaya hindu dan islam.
Hal ini terlihat dari tata cara pelaksaannya yang masih tampak kentara kental dengan nuansa hindu.
Diantaranya adalah ikut memasangkan benda-benda yang dianggap sebagai simbol harapan pada ayunan yang digunakan.
Baca Juga : KompasTV Gelar Kompetisi Jingle Muda Memilih
Tidak hanya itu, dalam tradisi ini, warna kuning adalah warna yang dominasi digunakan pada ayunan.
Warna kuning adalah warna yang melambangkan kebesaran dan kejayaan Kerajaan Banjar di masa lalu.
Tradisi ini dilakukan dengan maksud mendoakan orang yang sedang diayun dengan harapan dan doa baik yang untuk masa depan.
Baca Juga : Fakta Pembunuhan Satu Keluarga, FX Ong: Aku Sudah Lelah...
Melalui budaya ini, terselip pula unsur syiar Islam di masa lalu.
“Dalam tradisi Baayun Maulid ini contohnya. Nuansa Hindu masih tampak, namun bercampur dengan budaya Islam.
Anak sambil diayun, sambil pula dinyanyikan syair-syair Salawat Nabi.
Sambil juga didoakan kebaikan-kebaikan untuk si anak dengan benda-benda itu sebagai simbol harapan orangtuanya untuk masa depan anaknya,” beber Mujahidin. (*)