Find Us On Social Media :

Maulid Nabi 2018: Mengenal Festival Ampyang Maulid di Kudus yang Telah Digelar Sejak Abad ke-16

By Puput Akad Ningtyas Pratiwi, Jumat, 26 Oktober 2018 | 16:02 WIB

Festival Ampyang Maulid di Kudus untuk peringati Maulid Nabi 2018

Laporan wartawan Grid.ID, Puput Akad

Grid.IDMaulid Nabi 2018 dirayakan secara berbeda-beda di berbagai daerah dan salah satunya ialah Festival Ampyang Maulid di Kudus, Jawa Tengah.

Festival Ampyang Maulid dalam rangka merayakan Maulid Nabi 2018 ini dilakukan oleh warga Desa Loram Kulon, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus.

Festival Ampyang Maulid ini sudah menjadi budaya warga Kudus sejak abad ke-16 untuk menyambut datangnya Maulid Nabi 2018.

Baca Juga : Maulid Nabi 2018: Mengenal Tradisi Baayun Maulid, Budaya Mengayunkan Bayi Hingga Lansia di Kota Banjarmasin

Maulid Nabi merupakan peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW pada tanggal 12 Rabiul Awal menurut kalender Islam.

Pada tahun ini, perayaan Maulid Nabi di Indonesia jatuh pada Selasa, 20 November 2018.

Peringatan Maulid Nabi di berbagai daerah di Indonesia dirayakan dengan menggelar tradisi khas daerah tersebut, tak terkecuali di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.

Di Kabupaten Kudus, khususnya di Desa Loram Kulon, Kecamatan Jati, Maulid Nabi dirayakan dengan menggelar Festival Ampyang Maulid setiap tahunnya.

Baca Juga : Maulid Nabi 2018: Mengenal Tradisi Baayun Maulid, Budaya Mengayunkan Bayi Hingga Lansia di Kota Banjarmasin

Dilansir Grid.ID dari laman Kompas.com pada (11/1/2015), satu hal yang menjadi ciri khas Festival Ampyang Maulid ini yakni kirab mengarak gunungan nasi kepal.

Nasi kepal tersebut berisi lauk dan sayuran yang dibungkus daun jati, yang disempurnakan dengan penambahan kerupuk ampyang atau kerupuk warna-warni khas Kudus.

Sejumlah nasi kepal kemudian dirangkai menyerupai gunungan setinggi 1,5 meter.

Baca Juga : Fashion Hijab Sederet Artis Cantik Ini Bisa Jadi Inspirasi Kamu loh, Siap Tampil Modis Saat Perayaan Maulid Nabi nih!

Gunungan nasi kepal inilah yang kemudian diperebutkan warga sekitar setelah ampyang selesai didoakan oleh tokoh pemuka agama dan sesepuh agama Islam di Loram Kulon.

Dalam festival ini, pembagian ampyang menjadi puncak acara setelah kirab berakhir.

Tak hanya nasi kepal, dalam kirab tersebut turut diarak tandu berisi gunungan buah-buahan dan hasil sayuran lainnya.

Baca Juga : Tradisi Suku Naulu, Mau Nikah Harus Penggal Kepala Manusia Dahulu untuk Dijadikan Mas Kawin

Rangkaian Festival Ampyang Maulid di Kudus setiap tahunnya diadakan di halaman Masjid Wali At-Taqwa.

Festival Ampyang Maulid ternyata digelar bertepatan dengan peringatan Maulid Nabi karena bertujuan mengajak para warga masyarakat untuk melakukan introspeksi diri di hari tersebut.

"Tradisi ampyang Maulid ini dilestarikan. Tradisi ini berfungsi bagi warga untuk introspeksi diri, kemudian supaya berperilaku yang mencerminkan sifat-sifat yang dimiliki oleh Nabi Muhammad SAW, ujar Anis Aminudin, tokoh masyarakat Desa Loram seperti dilansir Kompas (11/01/2015).

Dilansir Tribun Jateng pada (3/12/2017), Festival Ampyang Maulid tak dapat dilepaskan dari sosok Sultan Hadlirin.

Baca Juga : Tahun Baru Islam 1 Muharram 1440 H : Dua Kebo Kyai Slamet Tak Diikutkan dalam Kirab Malam 1 Suro

Hal ini dituturkan oleh salah satu penasihat kepanitiaan dari festival ini pada tahun 2017 lalu, yaitu Misbachuddin.

Sultan Hadlirin merupakan penguasa wilayah Kalinyamat di mana Kudus menjadi satu di antara daerah kekuasaannya.

Menurut Misbachuddin, pada masa pemerintahan Sultan Hadlirin memang telah digelar tradisi membawa nasi kepal dan kerupuk ampyang.

Berdasarkan laman Wikipedia, Sultan Hadlirin diketahui berkuasa sepanjang tahun 1536-1546 sehingga wajar apabila tradisi Ampyang Maulid diklaim oleh warga setempat telah dilakukan sejak abad ke-16.

 

Baca Juga : Mengenal Ritual Mappacci, Prosesi Adat Bugis yang Dijalani Evi Masamba dan Arif Hajrianto Sebelum Menikah

Namun, dahulu nasi kepal beserta kerupuk ampyang hanya yang ditata di atas tempat bambu persegi diusung menuju masjid.

Hal inilah yang kemudian menginspirasi dilakukannya tradisi kirab mengarak nasi kepal dalam rangkaian Festival Ampyang Maulid.

Berdasarkan penuturan Misbachuddin, nasi kepal tersebut kemudian dibagikan oleh Sultan Hadlirin kepada masyarakat Desa Loram Kulon.

Baca Juga : Melalui Kompetisi Festival Film Kawal Harta Negara, Slamet Rahardjo Bangga Kepada Generasi Muda

"Lantas berdakwahlah Sultan Hadlirin menggunakan strategi Ampyang, yakni masyarakat membawa makanan beralas tempat berbentuk persegi yang terbuat dari bambu dan diusung ke masjid," tutur Misbachuddin seperti dilansir Tribun Jateng (3/12/2017).

Kini, Festival Ampyang Maulid di Kabupaten Kudus telah digelar secara modern dengan melibatkan beragam lapisan masyarakat mulai dari lembaga pendidikan, lembaga kesenian, hingga UMKM.

Perayaan Festival Ampyang Maulid pada tahun 2017 lalu bahkan mengundang sejumlah penari sufi sebagai pengisi acara. (*)

Baca Juga : Agenda Festival Sepanjang Bulan Oktober 2018, Catat Tanggalnya!