Orang-orang di balik tabloid Bola adalah mereka yang memiliki keterikatan emosional dengan media cetak ini sedari kecil.
"Banyak orang mencari kerja ya di mana saja ditempatkan di situ lah ya sudah. Nah kalo ini bukan, ini orang-orang yang membaca Bola dari kecil yang mempunyai mimpi masuk menjadi bagian dari dalamnya," tambahnya.
Baca Juga : Christian Sugiono Bagikan Tips Buat Konten Travelling Menarik
Kini, tabloid Bola yang dikenal sebagai media olah raga yang edukatif dan menunjung netralitas itu pun tak mampu lagi bertahan.
Mereka yang tumbuh bersama tabloid Bola terpaksa menanggalkan mimpi dan nama besar yang selama ini dibangga-banggakan.
"Mereka kehilangan brand yang mereka banggakan, itu yang ga mudah dipahami."
"Tidak hanya sekadar pekerjaan, tapi menjadi sebuah mimpi dan keluarga," ungkap Weshley lagi.
Baca Juga : Cuma Gara-gara Unggahan Foto, Ashanty Memaki Aurel Hermansyah