Grid.ID - Jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 memang tak disangka-sangka.
Padahal pesawat Lion Air JT 610 baru saja lepas landas selama 13 menit lalu jatuh di perairan Tanjung Karawang.
Hal ini semakin menegaskan jika saat lepas landas maupun mendarat, pesawat Lion Air JT 610 dan pesawat-pesawat lainnya bakal melewati masa genting 15 menit setelah menjalani dua fase tersebut.
Dikutip dari Instagram @puspentni, Senin (29/10) TNI mengerahkan personel dan Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) untuk membantu evakuasi korban jatuhnya pesawat Lion Air.
Baca Juga : Diduga Penyebab Pesawat Lion Air JT-610 Jatuh, Ini Kata KNKT
Unsur yang dikerahkan oleh TNI antara lain KRI Tengiri, KRI Sikuda, KAL Kobra, KAL Sanca dari Koarmada I.
Ditambah 4 Sea Rider dan 40 personel Kopaska untuk melakukan penyelaman demi mencari keberadaan pesawat yang jatuh.
Selain itu juga telah diberangkatkan KRI Rigel dari Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI Angkatan Laut (Pushidrosal).
KRI Rigel sendiri adalah kapal Hidro-Oseanografi yang mempunyai pendeteksian amat canggih mengenai topografi bidang maritim.
Baca Juga : Pesawat Lion Air JT-610 Jatuh : Disebut Black Box Namun Kenapa Warnanya Jingga? Ini Dia Sebabnya
KRI Rigel dibeli Indonesia dari Prancis yang sudah masuk masa tugas sejak 11 Maret 2015 lalu.
KRI Rigel mempunyai kemampuan melepaskan AUV (Autonomous Underwater Vehicle).
AUV sendiri berfungsi melaksanakan pencitraan bawah laut sampai dengan kedalaman 1000 meter.
Hasil pencitraan itu akan dikirimkan kembali secara periodik ke kapal.
Baca Juga : Pesawat Lion Air JT-610 Jatuh : 7 Hal Mengenai Black Box yang Mesti Diketahui
Dalam kejadian Lion Air yang jatuh di perairan Tanjung Karawang ini, Kapushidrosal Laksamana Muda TNI Harjo Susmoro, mengatakan KRI Rigel akan melakukan deteksi kedalaman full covered di posisi jatuhnya pesawat Lion Air pada koordinat 5° 46.15000' S - 107° 7.16000' E dan area sekitarnya.
"Deteksi akan dilakukan dengan menggunakan Multibeam Echosounder EM2040 dan Side Scan Sonar untuk mencitarkan badan pesawat dan High Precision Acoustic Positioning (HIPAP) dengan Frekuensi A dan B," ujar Harjo, dalam keterangannya, Senin (29/10) seperti dikutip dari Tribunnews.
Frekuensi ini identik dengan yang ada di Black Box.
Pasalnya dengan alat HIPAP ini dapat menangkap sinyal frekuensi yang dipancarkan oleh Black Box.
Jadi bisa dipastikan KRI Rigel akan mendeteksi semua wilayah yang diduga titik tenggelamnya Lion Air JT 610.
KRI Rigel 933 merupakan kapal jenis Multi Purpose Research Vessel (MPRV) dengan peralatan survei canggih diantaranya Side Scan Sonar, Automatic Weather Station, Echosounder Multibeam laut dalam dan Singlebeam, Peralatan Conductivity Temperatureand Depth (CTD), serta Gravity Cores.
KRI Rigel juga dilengkapi Boat Sounding (SV) yang dilengkapi dg peralatan setara diharapkan mampu melakukan pencarian serpihan badan pesawat di dekat pantai.
(*)