Find Us On Social Media :

Seharusnya ke Malang, Ini Alasan Kopilot Harvino Terbang ke Pangkal Pinang dengan Pesawat Lion Air Jatuh

By Agil Hari Santoso, Jumat, 2 November 2018 | 20:40 WIB

Seharusnya ke Malang, Ini Alasan Kopilot Harvino Terbang ke Pangkal Pinang dengan Pesawat Lion Air Jatuh

Laporan Wartawan Grid.ID, Agil Hari Santoso

Grid.ID - Kopilot Harvino bersama Pilot Bhavye Suneja adalah orang yang berada di balik kemudi pesawat Lion Air jatuh yang terjadi pada Senin (29/10/2018) di perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat.

Kopilot Harvino menjadi satu dari 189 orang yang menjadi korban pesawat Lion Air jatuh.

Kabar kepergian sang kopilot Harvino yang menjadi korban pesawat Lion Air jatuh ini lantas membuat keluarga yang ditinggalkan dirundung duka yang mendalam.

Baca Juga : Pilot Senior Sebut Kopilot Harvino Seharusnya Tidak ke Pangkal Pinang dan Terbang dengan Pesawat Lion Air Jatuh

Tak hanya keluarga, seorang pilot senior yang sempat menjadi rekan terbang kopilot Harvino, Edward Ferry Limbong, juga ikut berkabung.

Edward mengunggah sebuah video di kanal Youtube Edward F. Limbong, yang menunjukkan penerbangan terakhirnya bersama kopilot Harvino.

Dalam videonya, Edward mengatakan bahwa menurut jadwal, kopilot Harvino seharusnya terbang ke kota Malang, Jawa Timur.

Baca Juga : Kopilot Harvino Harusnya Tak Diizinkan Terbang Lantaran Sakit Gigi, Berikut Alasan Larangan Tersebut

Pertanyaan pun muncul mengenai penyebab kopilot Harvino tiba-tiba terbang ke Pangkal Pinang menggunakan pesawat Lion Air JT610 yang jatuh.

Ternyata, alasan tujuan sang kopilot berubah karena ia ingin menggantikan temannya sesama pilot.

Mengutip Tribun Jakarta, seorang teman Harvino sesama pilot bernama Yelal F, datang ke rumah duka dan menjelaskan alasan kopilot Harvino terbang ke Pangkal Pinang.

Baca Juga : Harvino, Co-Pilot Pesawat Lion Air JT 610 Ternyata Teman SMA Desta

Kopilot Harvino harus menggantikan seorang pilot yang ternyata belum memiliki lisensi untuk menerbangkan Boeing 737 Max, pabrikan terbaru dari perusahaan manufaktur pesawat, Boeing.

"Dia itu harusnya ke Malang. karena temannya itu aslinya ke Pangkal Pinang, tidak punya rating pesawat yang diterbangin, Max yang kejadian ini. Jadi mas Harvino ini, yang seharusnya ke Malang, gantiin ke Pangkal Pinang," ungkap Yelal.

Yelai menambahkan, penggunaan pesawat Boeing tipe Max yang merupakan pabrikan baru, mengorbankan jadwal penerbangan pilot.

Baca Juga : Pesawat Lion Air Jatuh, Adik Kopilot Sebut Sang Kakak Harusnya Tak Diizinkan Terbang

Pasalnya, belum banyak pilot yang memiliki lisensi untuk menerbangkan pesawat jenis terbaru tersebut.

"Yang punya Max ya sudah ada kali 60% lah, masih ada 40% yang belum punya. Karena itu harus ada training-nya lagi ya," tambah Yelal.

Yelal menjelaskan, pesawat Boeing 737 Mas memiliki teknologi yang lebih canggih daripada tipe pesawat terdahulunya.

Baca Juga : Pemilik Lion Air, Rusdi Kirana Anggap Keterlambatan Penerbangan Sebagai Ajang Promosi

"Engine (mesin) juga beda, engine-nya lebih irit bahan bakarnya. Terus dari navigasi, dari instrumennya, itu lebih bagus lagi," ujar Yelal.

Sebelumnya, pesawat Lion Air yang dibawa kopilot Harvino bersama pilot Bhavye Suneja, jatuh di perairan Tanjung Karawang pada Senin (29/10/2018) pagi, setelah sempat hilang kontak.

Mengutip Kompas.com, Pesawat Lion Air JT610 dengan rute penerbangan Jakarta - Pangkal Pinang ini membawa 189 penumpang.

"179 penumpang dewasa, 1 penumpang anak, 2 bayi, 2 pilot, dan 5 kru," ujar Kepala Kantor Sar Pangkal Pinang Danan Priandoko. (*)