Sikap patriotik Depati Amir ditunjukkan ketika ia meninggalkan jabatan depati pemberian Belanda, dan memilih memimpin pertempuran di hutan-hutan di Pulau Bangka.
Johan Murod, Ketua Penyelenggara Seminar Nasional Depati Amir mengungkapkan kehebatan Depati Amir dalam melawan penjajah Belanda hingga membuat mereka kewalahan.
“Depati Amir dinilai Belanda sangat bahaya. Untuk menangkap Beliau kala itu, Belanda mendatangkan Kompi Afrika, yaitu satu pasukan khusus yang saat itu bertugas di Afrika, ke Bangka,” ujar Johan seperti dikutip laman PosBelitung (9/11/2018).
Baca Juga : Hari Pahlawan: Mengenal Jembatan Merah, Saksi Bisu Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya
Berdasarkan catatan sejarah, Depati Amir, Depati Hamzah, dan pengikutnya mempraktikkan strategi perang gerilya.
Kedua pejuang ini dikenal mampu berkelit dari kejaran tentara Belanda meskipun mereka hanya menggunakan senjata tradisional seperti pidung dan sumpit.
Dalam sejumlah penyergapan yang dipimpin Lettu Dekker di Cepurak dalam bulan November dan Desember 1850, Depati Amir, Depati Hamzah dan pengikutnya, berhasil meloloskan diri.
Akan tetapi setelah mengalami pengepungan yang cukup lama, kondisi fisik keduanya melemah sehingga Depati Amir dan Depati Hamzah akhirnya berhasil ditangkap pada 7 Januari 1851.