Bila musim hujan tiba, jalanan yang dilintasinya pun sangat licin dan cukup berbahaya bahkan dia harus menyeberangi selokan dengan memanfaatkan jembatan yang terbuat dari anyaman bambu.
Perjalanan naik turun di jalan setapak itu sudah rutin biasa Adul lakukan sejak dirinya duduk di bangku sekolah.
Sebelumnya, saat awal masuk kelas 1 hingga kelas 2, Adul harus digendong ibunya untuk pergi ke sekolah.
Setelah masuk kelas 3, Adul mulai terbiasa berjalan sendiri.
Baca Juga : Dihampiri Jokowi, Bulan Karunia Sampaikan Pesan dari Penyandang Disabilitas
Namun, perjalanan sekolah itu memang tidak dilakukan dengan terus berjalan kaki.
Setelah mencapai jalan desa, Adul bisa menumpang ojek sekitar 1 kilometer dengan ongkos Rp7.000 sekali jalan.
"Kalau ada uangnya kami pakai ojek. Tapi kalau enggak ada uang ya terpaksa berjalan kaki sampai sekolah begitu juga pulangnya," ungkap Pipin, ibunda Adul seperti dilansir dari Kompas.com.
Baca Juga : Penyintas Disabilitas Membawa Misi saat Audisi The Voice Indonesia
Menurut pengakuan sang ibunda, perjalanan dari rumah ke sekolah bila menggunakan jalan kampung utama harus ditempuh sekitar 5 kilometer.
Saat ini, perjalanan ke sekolah itu bisa dipersingkat dengan cara melintasi bagian dalam kampus SMA Pesantren Unggul Al Bayan sehingga jarak tempuhnya menjadi sekitar 3 kilometer.
Adul yang penuh semangat untuk menuntut ilmu ini rupanya memiliki cita-cita menjadi seorang petugas pemadam kebakaran. Selain itu, Adul juga bercita-cita untuk menjadi dokter.
(*)