Find Us On Social Media :

Kisah Mukhlis Abdul Kholik, Siswa SD Penyandang Disabilitas Asal Sukabumi yang Harus Merangkak 3 Kilometer ke Sekolah

By Hastin Munawaroh, Kamis, 15 November 2018 | 12:25 WIB

Kisah Mukhlis Abdul Kholik, Siswa SD Penyandang Disabilitas Asal Sukabumi yang Harus Merangkak 3 Kilometer ke Sekolah

Grid.ID - Inilah kisah Mukhlis Abdul Kholik, siswa SD penyandang disabilitas asal Sukabumi yang harus merangkak sejauh 3 kilometer untuk menuju sekolahnya.

Kisah Mukhlis Abdul Kholik, siswa SD penyandang disabilitas asal Sukabumi ini menjadi viral karena semangatnya yang menginspirasi.

Dihimpun dari Kompas.com dan program HITAM PUTIH, inilah kisah Mukhlis Abdul Kholik, siswa SD penyandang disabilitas asal Sukabumi yang harus merangkak sejauh tiga kilometer untuk pergi ke sekolah.

Baca Juga : Kisah Perjuangan Mukhlis Abdul, Bocah Penyandang Disabilitas Kelas 3 SD Asal Sukabumi yang Merangkak 3 Km Menuju ke Sekolah

Mukhlis Abdul Kholik, atau yang akrab disapa Adul merupakan bocah laki-laki berusia 8 tahun asal Sukabumi yang kini duduk di bangku kelas 3 SD.

Putra bungsu pasangan Dadan Hamdani dan Pipin ini mengalami kelainan fisik pada kedua kakinya sejak lahir dan kelainan pada bagian tenggorokan.

Kelainan itu membuat Adul tidak bisa berjalan dengan normal seperti anak-anak lainnya.

Baca Juga : Deretan Fakta Christianto Harsadi, Fotografer Disabilitas di Ajang Asian Para Games 2018 yang Memiliki Kelas Khusus Fotografi

Bila berjalan, Adul harus merangkak dengan bantuan kedua tangannya.

Meski memiliki keterbatasan, Adul tetap memiliki semangat tinggi untuk bersekolah.

Padahal, untuk mencapai sekolahnya, ia perlu menempuh jarak sekitar 3 kilometer.

Memanjat tebing dan melewati bebatuan ia lakoni setiap hari.

Selain semangatnya yang menginspirasi, prestasi Adul di sekolah pun patut diacungi jempol.

Adul termasuk siswa yang memiliki nilai paling baik di sekolah. Dirinya pernah mendapat ranking 5 saat duduk di bangku kelas 1 SD.

Baca Juga : Salah Satu Penyandang Disabilitas Ajak Masyarakat untuk Isi Bangku Kosong di Asian Para Games 2018!

Saat pergi ke sekolah, Adul selalu ditemani ibunya.

Dari rumahnya di kaki perbukitan Gunung Walat menuju sekolahnya, Adul harus melintasi jalan setapak yang menurun.

Begitu sebaliknya, pulang sekolah Adul harus melintasi jalan menanjak.

Bila musim hujan tiba, jalanan yang dilintasinya pun sangat licin dan cukup berbahaya bahkan dia harus menyeberangi selokan dengan memanfaatkan jembatan yang terbuat dari anyaman bambu.

Perjalanan naik turun di jalan setapak itu sudah rutin biasa Adul lakukan sejak dirinya duduk di bangku sekolah.

Sebelumnya, saat awal masuk kelas 1 hingga kelas 2, Adul harus digendong ibunya untuk pergi ke sekolah.

Setelah masuk kelas 3, Adul mulai terbiasa berjalan sendiri.

Baca Juga : Dihampiri Jokowi, Bulan Karunia Sampaikan Pesan dari Penyandang Disabilitas

Namun, perjalanan sekolah itu memang tidak dilakukan dengan terus berjalan kaki.

Setelah mencapai jalan desa, Adul bisa menumpang ojek sekitar 1 kilometer dengan ongkos Rp7.000 sekali jalan.

"Kalau ada uangnya kami pakai ojek. Tapi kalau enggak ada uang ya terpaksa berjalan kaki sampai sekolah begitu juga pulangnya," ungkap Pipin, ibunda Adul seperti dilansir dari Kompas.com.

Baca Juga : Penyintas Disabilitas Membawa Misi saat Audisi The Voice Indonesia

Menurut pengakuan sang ibunda, perjalanan dari rumah ke sekolah bila menggunakan jalan kampung utama harus ditempuh sekitar 5 kilometer.

Saat ini, perjalanan ke sekolah itu bisa dipersingkat dengan cara melintasi bagian dalam kampus SMA Pesantren Unggul Al Bayan sehingga jarak tempuhnya menjadi sekitar 3 kilometer.

Adul yang penuh semangat untuk menuntut ilmu ini rupanya memiliki cita-cita menjadi seorang petugas pemadam kebakaran. Selain itu, Adul juga bercita-cita untuk menjadi dokter.

 

(*)