Find Us On Social Media :

Nigara Shaheen, Pengungsi yang Berhasil Masuk Olimpiade Tokyo 2020

By Vregina Voneria Palis, Kamis, 29 Juli 2021 | 16:15 WIB

Parapuan.co - Nigara Shaheen, sosok atlet perempuan asal Afganistan yang baru saja melakukan debut Olimpiadenya pada Olimpiade Tokyo 2020, 28 Juli 2021 lewat pertandingan Judo kelas 70 kg.

Berkompetisi di Olimpiade Tokyo 2020 adalah pencapaian terbesar Nigara Shaheen sampai sejauh ini, Kawan Puan.

Melansir dari situs Olympics, pada debut perdananya di Olimpiade Tokyo 2020, Nigara Shaheen bertanding melawan atlet perempuan asal Brazil bernama Maria Portela.

Meski harus menerima kekalahan dan pulang dengan tangan hampa setelah pertandingan perdananya di Olimpiade Tokyo 2020, kemampuan Nigara Shaheen untuk berhasil masuk menjadi peserta Olimpiade Tokyo 2020 sendiri sudah dapat dikatakan sebagai pencapaian yang luar biasa.

Baca Juga: Jadi Sprinter Perempuan Arab Saudi Pertama di Olimpiade, Ini Misi Yasmeen al-Dabbagh

Menjadi salah satu atlet perempuan di Olimpiade Tokyo 2020, Nigara Shaheen mulai berlatih Judo ketika ia berusia 11 tahun.

Saat itu, Nigara Shaheen dan keluarganya tinggal sebagai pengungsi di Peshawar.

Benar, Nigara Shaheen adalah pengungsi asal Afghanistan.

Melansir dari Globalvillagespace, Nigara baru berusia enam bulan ketika ia harus mengungsi dan pindah ke Pakistan.

Saat itu, keluarganya lolos dari perang pada tahun 1993 dan berjalan dua hari untuk bermigrasi ke Pakistan.

"Judo memungkinkan saya menemukan kepercayaan diri dan menunjukkan kekuatan saya ketika saya membutuhkannya," ujar Nigara.

Kawan Puan, sebagai keturunan Afghanistan, Nigara memahami betul olahraga yang ia lakukan ini masih dianggap tabu dilakukan oleh perempuan Afghanistan.

Namun Nigara ingin mengubah pandangan itu, ia ingin menjadi inspirasi perempuan Afghanistan lainnya agar berani terjun ke dunia olahraga termasuk Judo ini.

Tidak takut untuk membela apa yang dia yakini, Nigara Shaheen telah berbicara untuk hak-hak perempuan di Afghanistan dan Pakistan.

Baca Juga: Perjuangan Yui Ohashi Raih 2 Emas di Olimpiade Tokyo Usai Bangkit dari Anxiety

“Saya kira ini lebih terkait dengan ideologi perempuan di negara kita. Dalam judo, perempuan memiliki kedekatan dengan pasangan laki-laki, setidaknya instruktur laki-laki, dan hal ini tidak diterima secara tradisional dan budaya.

"Sebagai satu-satunya judoka perempuan di Afghanistan, saya harus berlatih dengan pria.

"Sayangnya, ada begitu banyak tabu sosial yang berhubungan dengan perempuan bermain olahraga di negara saya. Saya akan bangga jika dalam jangka panjang saya dapat menjadi panutan bagi gadis atau perempuan lain di Afghanistan," ungkap Nigara.

Kawan Puan, upayanya untuk melakukan perubahan dan menginspirasi orang lain telah membawa kritik, intimidasi bahkan ancaman pada hidup Nigara.

Menurut pengakuan Nigara, ia sempat beberapa kali diganggu dan mendapatkan teror.

"Saya sering dilecehkan dan diganggu. Di Peshawar dan Kabul, keluarga saya takut dan khawatir akan keamanan kami.

"Saya telah menjadi sasaran dan menerima entah berapa banyak ancaman di media sosial. Ada halaman Facebook yang dibuat atas nama saya memposting hal-hal tentang saya," cerita Nigara.

Baginya, makna simbolis dari penampilannya di Olimpiade yang mewakili jutaan pengungsi ini tidak dapat dilebih-lebihkan.

Baca Juga: 5 Atlet Perempuan Termuda di Olimpiade Tokyo 2020, Ada yang Bawa Emas!

"Kehadiran saya sendiri seharusnya memberi harapan kepada semua gadis muda Afghanistan yang memimpikan Olimpiade.

“Saya telah menghadapi semua kendala yang mereka hadapi. Tapi jika saya bisa melakukannya, mereka juga bisa. Sulit, tapi tidak ada yang di luar kemampuan manusia.

"Temukan apa yang benar-benar kamu sukai dan perjuangkanlah itu, apapun yang terjadi," pesan Nigara pada perempuan Afghanistan di luar sana.

Nah, meski sangat disayangkan, Nigara harus gagal di kompetisi Olimpiade pertamanya, semoga mimpinya untuk dapat menginspirasi prerempuan Afghanistan dapat tewujud ya.(*)