Namun, menjadi tangguh bukan berarti anak tidak akan mengalami kesulitan atau kesusahan.
Rasa sakit emosional, kesedihan, dan kecemasan biasa terjadi ketika kita mengalami trauma besar atau kehilangan pribadi, atau bahkan ketika kita mendengar kehilangan atau trauma orang lain.
Berikut ini 10 tips membagun resiliensi pada anak dan remaja menurut APA:
- Jalin koneksi.
- Bantulah anak dengan meminta mereka membantu orang lain.
- Pertahankan rutinitas sehari-hari.
- Istirahat.
- Ajari anak perawatan diri.
- Ajari anak menetapkan tujuannya.
- Kembangkan pandangan diri yang positif.
- Pertahankan segala sesuatunya dalam perspektif dan pertahankan pandangan yang penuh harapan.
- Carilah peluang untuk penemuan diri.
- Ajari anak untuk menerima perubahan.
Nah, berhubungan dengan mengajarkan anak mengenai resiliensi, HEI Schools Senayan, cabang pertama sekolah PAUD dan TK asal Finlandia di Indonesia, baru saja menggelar sesi bincang edukasi bersama Lasse Lipponen, Profesor PAUD dari Universitas Helsinki yang hasil risetnya digunakan dalam merancang kegiatan belajar mengajar di HEI Schools.
Berjudul ”Children, Care, and Compassion: A Conversation with Professor Lasse Lipponen”, acara yang juga dihadiri oleh sesama pendidik ini membahas bagaimana kompetensi emosional, rasa kepedulian yang tinggi (care), dan kasih sayang (compassion) anak dapat meningkatkan kemampuan resiliensi yang penting diasah sejak dini.
Melalui risetnya, Profesor Lasse percaya seorang anak dengan kemampuan resiliensi dapat memahami, mengelola, dan mengatasi segala situasi di era modern yang serba cepat dan penuh tuntutan kompetisi ini.
“Compassion, care, dan empati adalah inti yang menghubungkan kita satu sama lain. Tanpa mereka, kita tidak mampu menghormati orang lain, melindungi sesama dari bahaya, dan tanggap akan kebutuhan bersama,” ungkap Profesor Lasse Lipponen, seperti dikutip dari rilis yang diterima PARAPUAN.
Baca Juga: Peran Penting Perempuan dalam Kesiapsiagaan dan Ketangguhan Bencana
“Pandemi membuka mata kita dan memperlihatkan bagaimana compassion, care, dan empati membentuk cara kita berinteraksi ketika menghadapi masalah atau berada di situasi yang tidak nyaman. Kita tergerak untuk membantu dan menguatkan satu sama lain sebagai satu kelompok. Inilah mengapa ketiga hal tersebut haruslah menjadi landasan dari cara kita hidup bermasyarakat,” tambahnya.
Compassion dan Care jugalah yang menjadi basis dari kegiatan belajar-mengajar di HEI Schools Senayan. Di sekolah ini, anak belajar dengan pemahaman akan pentingnya menghadapi ketidaknyamanan, memandang kesalahan sebagai alat pembelajaran, dan bekerja sama menghadapi suatu rintangan sebagai satu kelompok.
Anak-anak terbukti dapat tumbuh dengan kecakapan untuk beradaptasi dengan lingkungan baru, gigih dalam berusaha, dan mudah membangun relasi yang sehat dengan keluarga, teman, maupun komunitas mereka.
Berikut adalah tiga bentuk kepedulian yang tanamkan sejak dini: