Find Us On Social Media :

Studi BCG dan Stellar Women Ungkap Tantangan Menjadi Perempuan Pengusaha, Apa Saja?

By Yussy Maulia, Jumat, 26 April 2024 | 17:46 WIB

Managing Director dan Partner di BCG Lenita Tobing, salah satu penulis studi “From Dream to Reality: Empowering Indonesian Women Entrepreneurs for a Stronger Society” (2024).

Tak hanya itu, perempuan juga mengalami tantangan yang datangnya justru dari lingkungan sekitar, seperti kesulitan menyeimbangkan urusan bisnis dan pekerjaan rumah tangga (54 persen) dan kurangnya dukungan dari orang-orang terdekat (25 persen).

Pada survei tersebut, Lenita dan penulis lainnya juga memberikan solusi yang dapat dilakukan untuk memaksimalkan potensi UMKM yang dikelola perempuan, baik untuk peningkatan ekonomi nasional maupun menciptakan kesetaraan gender.

Baca Juga: Pelaku Bisnis Kerajinan Ungkap Strategi Memperkaya Variasi Produk Ide Usaha

“Bagi perempuan pelaku UMKM, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah membangun mitra bisnis dan aktif mengikuti kegiatan mentoring untuk menambah wawasan terkait wirausaha,” jelas Lenita.

Lenita juga mengatakan bahwa upaya tersebut tak dapat berjalan sendiri tanpa adanya kontribusi aktif dari para pelaku industri dan pemerintah selaku pembuat kebijakan publik.

“Pelaku industri dapat berkontribusi dengan meningkatkan kolaborasi UMKM milik perempuan melalui berbagai praktek, seperti program pendampingan dan pendanaan, serta kebijakan perusahaan yang adil,” jelasnya.

Sementara bagi pembuat kebijakan, kata Lenita, dapat mendorong kebijakan strategis yang fokus untuk menghadirkan akses modal, pendampingan, dan peluang yang adil bagi seluruh UMKM, tanpa memandang gender. Sebagai salah satu pemain industri di Indonesia, BCG dengan Stellar Women pun berkolaborasi untuk mendorong perjuangan pemberdayaan perempuan melalui berbagai program mentoring, kursus, dan forum online.

“Harapannya, seluruh program kerja sama kami dapat mengatasi berbagai hambatan yang dihadapi para womenpreneur, mulai dari akses terhadap pembiayaan dan kesenjangan literasi digital, bias sosial, hingga hambatan peraturan sehingga dapat mendorong pertumbuhan, inovasi, dan kesetaraan gender di negara dengan perekonomian terbesar di Asia Tenggara,” tambah Lenita.