Urgensi Mengembangkan Detektor Deepfake
Detektor atau alat yang bisa mendeteksi deepfake yang dihasilkan oleh kecanggihan kecerdasan buatan alias AI memang sangat dibutuhkan pada saat ini.
Ada urgensi yang sangat tinggi bahwa detektor ini harus segera ada untuk mencegah kejahatan deepfake yang sudah memakan banyak korban, termasuk perempuan.
Deepfake adalah kejahatan digital yang sekarang ini sangat mungkin terjadi, terlebih seiring perkembangan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).
Deepfake adalah kecerdasan buatan (AI) yang digunakan untuk membuat video, foto, maupun audio palsu tentang seseorang.
Konten hasil deepfake biasanya menyerupai aslinya dan tampil cukup meyakinkan, sehingga mampu mengecoh orang lain.
Sekitar awal Januari 2024 lalu, Taylor Swift sang musisi populer dunia dikabarkan jadi korban deepfake, kejahatan digital di dunia maya.
Baca Juga: Ketika Jadi Korban KBGO, Lakukan Ini saat Pelaku Ancam Sebar Konten dan Data Pribadi
Foto-foto Taylor Swift yang diedit sedemikian rupa dengan menggunakan AI hingga berbau pornografi beredar luas di media sosial, contohnya saja di Telegram dan X (dulunya Twitter).
Sang musisi harus mengambil langkah hukum dengan mengajukan gugatan terhadap pihak-pihak yang mengunggah foto deepfake dirinya berbau pornografi.
Lebih awal, pada November 2023, beauty content creator sekaligus dokter, dr. Yessica Tania atau yang akrab dikenal sebagai dr. Zie juga jadi korban deepfake.
Kala itu beredar video dokter Zie mengiklankan produk penurun berat badan dengan menampilkan video serta mengubah suaranya menggunakan AI.