Parapuan.co - Semakin ke sini, semakin banyak pula pasangan suami istri yang sadar akan pentingnya perencanaan keluarga, termasuk waktu yang tepat untuk hamil.
Jika memutuskan menunda kehamilan agar terjadi di waktu yang tepat saat siap fisik, mental, hingga finansial, salah satu caranya dengan penggunaan alat kontrasepsi.
Bahkan, dalam kondisi terdesak, Kawan Puan bisa menggunakan alat kontrasepsi darurat. Namun, harus tahu dulu pertimbangan dalam memilih alat kontrasepsi darurat.
Pasalnya, penggunaan berbagai macam alat kontrasepsi sangat dibutuhkan untuk mencegah kehamilan yang tidak direncanakan dan juga kehamilan yang tak diinginkan.
Baca Juga: Mudah Dipakai, Ini Kelebihan dan Kekurangan Metode Kontrasepsi Koyo KB
Sayangnya lagi, melansir dari KOMPAS.com, lebih dari 47 juta perempuan di dunia kehilangan akses terhadap pelayanan kontrasepsi akibat pandemi Covid-19.
Belum lagi, banyak pasangan yang tidak melek akan jenis-jenis alat kontrasepsi. Tak sedikit pula yang tidak tahu alat kontrasepsi darurat seperti IUD tembaga dan morning-after pill.
Lantas, bagaimana cara memilih alat kontrasepsi darurat? Apa saja faktor penentu dalam memilih alat kontrasepsi darurat?
Nah tenang saja, menlansir dari Planned Parenthood, PARAPUAN telat merangkum cara alat kontrasepsi darurat dan juga apa saja faktor-faktor penentunya.
Jangka Waktu setelah Melakukan Hubungan Seksual
Metode kontrasepsi darurat dapat digunakan hingga jangka waktu 5 hari sejak melakukan hubungan seksual.
Jika memungkinkan, kontrasepsi darurat berupa IUD tembaga lebih disarankan.
Namun, jika tidak sempat melakukan pemasangan IUD selama jangka waktu 5 hari, gunakan kontrasepsi darurat berupa morning-after pill, baik pil levonorgestrel maupun pil ulipristal acetate
Pil levonorgestrel efektif digunakan dalam jangka waktu paling lama 3 hari (72 jam) setelah hubungan seksual.
Sementara, pil ulipristal acetate bisa digunakan dalam jangka waktu paling lama 5 hari (120 jam) setelah hubungan seksual.
Baca Juga: Berbeda Tiap Jenisnya, Ini Tips Membuang Obat yang Sudah Kedaluwarsa
Berat Badan
Pemilihan kontrasepsi darurat juga dipengaruhi oleh berat badan.
IUD tembaga pada dasarnya dapat befungsi dengan baik pada perempuan tanpa memandang berat badan.
Namun, pil levonorgestrel kurang efektif untuk perempuan dengan berat badan di atas 70kg.
Sementara itu, pil ulipristal acetate kurang efektif untuk perempuan dengan berat badan di atas 88kg.
Sedang Menyusui
Metode kontrasepsi darurat dengan menggunakan IUD tembaga dan pil levonorgestrel aman untuk ibu menyusui karena tidak akan memberi pengaruh apapun pada ASI.
Namun, jika menggunakan pil ulipristal acetate, disarankan untuk tidak menyusui selama satu minggu setelah menggunakan pil ini, sebagaimana dikutip dari NHS.
Akses pada Metode Kontrasepsi Darurat
Pemasangan IUD tembaga mungkin agak lebih sulit dibandingkan mengonsumsi morning-after pill.
Selain itu, pada situasi pandemi mungkin akan lebih sulit pula untuk mendatangi faskes terdekat demi pemasangan IUD tembaga.
Baca Juga: Ingin Menurunkan Berat Badan? Cobalah dengan 4 Tips Defisit Kalori Ini
Oleh karena itu, sebelum memilih alat kontrasepsi darurat,.maka perlu mempertimbangkan kemudahan aksesnya.
Pil levonorgestrel merupakan yang paling mudah diakses, sebab dapat diperjualbelikan secara bebas.
Sementara, untuk mendapatkan pil ulipristal acetate diperlukan resep dokter.
Pada akhirnya, jika tidak mungkin untuk mendapatkan jenis kontrasepsi darurat yang paling efektif, lebih baik gunakan metode kontrasepsi darurat sesuai ketersediaan. (*)
Source | : | Kompas.com,NHS,Planet Parenthood |
Penulis | : | Aghnia Hilya Nizarisda |
Editor | : | Aghnia Hilya Nizarisda |
KOMENTAR