Grid.ID - Jakarta seringkali mengalami masalah banjir, puluhan rumah terendam akibat curah hujan yang deras.
Banjir tidak hanya menimbulkan banyak kerusakan tapi juga munculnya berbagai macam penyakit.
Oleh sebab itu, arsitek sekaligus dosen jurusan arsitektur Universitas Palangkaraya Wijanarka Arka melakukan riset pembangunan rumah amfibi.
Menurut Arka, apabila lahan basah dan bantaran sungai tetap menjadi pilihan sebagai kawasan permukiman, alangkah baiknya bila permukiman yang diciptakan tersebut bersahabat dengan air.
"Alternatif arsitektur anti-banjir ini dapat diwujudkan melalui konsep rumah amfibi," tutur Arka yang dikutip Grid.ID dari Kompas Properti.
Konsep rumah amfibi dibangun di atas tanah tapi yang membedakannya adalah bila kena banjir rumah ini dapat mengapung.
Dalam risetnya, Arka menyebutkan, rumah amfibi cocok dibangun di lingkungan yang rawan terkena banjir dengan ketinggian minimal satu meter.
Fondasi rumah amfibi adalah drum-drum plastik.
Material ini paling efisien digunakan sebagai bahan apung rumah amfibi.
Drum plastik seken bisa dipakai karena dapat dibeli dengan harga lebih murah daripada harga barunya.
Saat terjadi banjir dan sekeliling bangunan terendam, konstruksi apung yang dipegang oleh dua hingga empat tiang ini akan mengangkat bangunan agar bisa mengapung.
Tertarik mengadopsinya?
Gagal Move On dan Tak Terima sang Mantan Pacar Sudah Punya Kekasih Baru, Pria Ini Culik sang Wanita tapi Keciduk Polisi, Begini Akhirnya