Grid.ID - Seorang perempuan penumpang ojek Online, pada hari Senin (6/03/2017), malam menggungah sebuah surat yang berisi kronologis yang telah dialami.
Penumpang itu bernama Grahita Disti Pramesthie
dan telah mengunggah surat kronologi kejadian di akun Facebook.
Ketika berita ini ditulis, Grid.ID masih menunggu konfirmasi ulang dari Grahita melalui pesan di Facebook.
Sampai saat ini, Rabu (8/03/2017), unggahan Grahita sudah 2108 kali dibagikan dan mendapat 1.700 like.
Singkat kronologi kejadian yang dialaminya adalah Grahita Disti Pramesthir mengalami perlakukan yang tidak mengenakan dari oknum polisi yang berusaha menghentikan laju pengendara ojek yang ia tumpangi.
Kejadiaanya di flyover Gatot Subroto, Jakarta.
Pada saat pengendara ojek menyebrang, tiba-tiba Grahita mendengar ada yang membentak dari belakang.
Grahita melihat dengan jelas dua orang berpakaian hitam dengan memakai helm dan motor berwana gelap telah memepet motor ojek.
Tak hanya memepet, dua orang itu menendang paha Grahita sebelah kiri.
Motor ojek pun oleng dan kedua orang berpakaian hitam tersebut terus menerus membentak Grahita dan pengemudi ojek.
Setelah mengalami kejadian tersebut, dia menuliskan surat mengenai apa yang telah dialaminya.
Berikut petikan surat kronologi kejadiannya.
Permisi Bapak Jokowi, permisi Kepolisian Republik Indonesia, permisi warga Republik Indonesia, permisi pihak Grab Indonesia,
Saya, Grahita Disti Pramesthie, ingin bercerita.
Pada hari ini, hari Senin, 6 Maret 2017, saya hendak pulang ke kosan saya dari kantor saya di Jalan Gatot Subroto.
Saya memesan GrabBike dan mendapat driver Bapak Novel.
Namun di tengah perjalanan, ban motor Bapak Novel terkena paku sehingga kami berhenti di pinggir jalan dekat dengan Balai Kartini.
Bapak Novel menyarankan saya untuk memesan GrabBike lagi dan dia akan menemani saya sampai GrabBike saya yang baru datang.
Lalu saya pesanlah GrabBike baru dengan memasukkan location saya saat itu. Dapat. Bapak Eko Yunianto.
Saya menelpon Bapak Eko dan ternyata Bapak Eko berada di seberang jalan sehingga dia harus putar balik menuju ke tempat saya menunggu.
Saya pun menunggu dia bersama dengan Bapak Novel. Begitu Bapak Eko datang, saya lalu duduk di atas motor Bapak Eko. Kami pun berangkat.
Bapak Eko, hendak menyebrang untuk naik ke flyover Gatot Subroto. Pada saat menyebrang, terlihat banyak motor melaju cepat.
Tiba-tiba saya mendengar ada yang membentak dari belakang, saya melihat dengan jelas dua orang berpakaian hitam dengan helm motor gelap memepet motor Bapak Eko dan menendang paha saya sebelah kiri.
Motor Bapak Eko pun oleng, dan kedua orang berpakaian hitam tersebut terus menerus membentak kami berdua.
Lalu motor polisi memepet kami dan membentak kami untuk berhenti.
Kami berhenti tapi kami bingung, apa yang sedang terjadi. Bapak Polisi tersebut menyuruh kami untuk turun.
Dengan posisi yang masih syok, kami hanya diam di atas motor yang berhenti di atas flyover Gatot Subroto.
Bapak Polisi tersebut hendak mengambil pistol atau apapun yang ada di pinggangnya.
Kami kaget dan langsung reflek turun dari motor.
Semua lisensi Bapak Eko diambil, beserta juga KTPnya. Bapak Polisi "yang amat sangat berwibawa" tersebut juga mengata-atai Bapak Eko "GOBLOK" "ORANG TUA GOBLOK" "ORANG SEPERTI KAMU YANG BUAT NEGARA INI HANCUR" "MAU KAMU SAYA CAP PKI???"
Setelah mengambil seluruh lisensi dan KTP Bapak Eko, Bapak eko disuruh menemui Bapak Polisi tersebut setelah selesai mengantarkan saya "NANTI TEMUI SAYA DI POLSEK ***, UKEN!! DALAM 1x24 JAM, TIDAK DATANG, SAYA NYATAKAN KAMU BPO!" Lalu Bapak Polisi tersebut melenggang melawan arah jalan raya untuk meneruskan tugas (?) nya.
Saya sekarang berada di kosan saya di Pancoran menulis ini dengan tangan yang masih gemetar karena bisa saja saya kehilangan nyawa hari ini dikarenakan amarah seseorang yang katanya adalah penegak hukum dan pelindung masyarakat Republik Indonesia.
Yang masih saya ingat dari perkataan sang Bapak Polisi, bahwa kami melintas di jalur Presiden.
Saya masih tidak mengerti, apakah kami rakyat jelata ini tidaklah ada harganya di mata anda semua para petinggi?
Saya tahu bahwa mungkin Bapak Eko salah, dikarenakan melintas di jalur Presiden.
Saya mohon maaf untuk hal tersebut tapi dengan tangan masih bergetar dan saya masih menangis karena syok (bukan karena tendangan sepatu bot dua orang berpakaian hitam tersebut).
Saya hanya ingin meminta maaf kepada Bapak Jokowi kalau keberadaan dua manusia rendah di Jalan Gatot Subroto malam ini, Senin 6 Maret 2017 sekitar jam 21:40, mengganggu aktivitas anda.
Saya tidak mau mempermasalahkan Bapak Polisi tersebut, saya hanya kasihan dengan Bapak Eko.
Terima kasih Bapak Novel, Bapak Eko, atas layanan anda.
Saya doakan rejeki anda lancar selalu dan sehat selalu.
Bapak Eko, bapak orang tua, maka dari itu, apapun pekerjaan bapak, saya selalu menghormati Bapak sebagai orang tua meskipun orang lain tidak.
Terima kasih Bapak Eko dan Bapak Novel dari GrabBike.
Sekian.
Terima kasih.
5 Arti Mimpi Membuang Perhiasan, Ternyata Bawa Isyarat Buruk Ini di Kehidupan Nyata, Waspadalah!
Penulis | : | Alfa Pratama |
Editor | : | Alfa Pratama |