Grid.ID - Layaknya bumerang, program atau aplikasi yang dipasang (install) di komputer (desktop/laptop) bisa menyerang balik jika tidak diperbarui (update).
Alasannya, update terkadang diberikan untuk menambal celah keamanan.
Jika celah itu tidak ditambal, maka bisa dimanfaatkan oleh peretas untuk menanam malware atau program berbahaya lainnya.
Avast, penyedia produk keamanan digital, mengungkap bahwa 52 persen program komputer jarang di-update ke versi terbaru oleh pengguna.
BACA JUGA (Snapchat Jadi Aplikasi Favorit Generasi Millenial)
Hal ini menimbulkan pengguna rawan terekspos data pribadinya, karena malware mengincar program versi lama agar dapat mengeksploitasi celah keamanannya.
Avast PC Trend Report January 2017 yang dibuat berdasarkan data dari produk AVG TuneUp, menyoroti 10 aplikasi yang umum digunakan untuk menyusupkan malware, dan jarang di-update ke versi terbaru oleh penggunanya.
Seperti dilansir Grid.ID dari kompas.com, data tersebut dikumpulkan secara anonim dari 116 juta komputer desktop dan laptop Windows yang menjalankan fitur Automatic Software Updater pada AVG TuneUp.
Berikut urutan aplikasi yang paling jarang diperbarui:
1. Java (Runtime 6,7), Oracle Corporation
2. Flash Player (Active X), Adobe Systems
3. Foxit Reader, Foxit Software
4. GOM Media Player, Gretech
5. Nitro Pro, Nitro Software
6. WinZip, Corel Corporation
7. DivX, DivX LLC
8. Adobe Shockwave Player, Adobe Systems
9. 7-ZIP, Igor Pavlov
10. Firefox, Mozilla
BACA JUGA (Nggak Ada Hape Kebal Virus, Berikut Tips Supaya Hape Kamu Nggak Kecolongan)
Sebanyak 26 juta pengguna telah menggunakan versi terbaru, yaitu Java 8.
Namun ada 70 persen pengguna belum meng-install rilis update terbaru (saat ini update 121).
Sebaliknya, aplikasi yang paling diperbarui adalah Google Chrome dengan persentase 88 persen, Opera dengan 84 persen.
Terakhir, Skype dengan 76 persen pengguna telah memperbaruinya. (*)
Larang Ayah Rozak Jadi Calon Wali Kota Depok, Ayu Ting Ting Ngaku Tolak Tawaran Terjun ke Dunia Politik, Ternyata ini Alasannya