Grid.ID - Selamat Hari Film Nasional untuk segenap insan perfilman di Indonesia.
Hari ini (30/3/2017) adalah perayaan Hari Film Nasional yang dirayakan sebagai tonggak perfilman di Indonesia.
Lima puluh tahun yang lalu, tepatnya 1962, Konferensi Kerja Dewan Film Nasional dan Organisasi Perfilman menetapkan 30 Maret sebagai Hari Film Nasional.
Pemilihan tanggal 30 Maret sebagai hari Film Nasional tidak terlepas dari film produksi Indonesia pertama.
Tanggal 30 Maret adalah hari pertama pengambilan gambar film Darah & Doa (Long March of Siliwangi).
Film Darah & Doa atau disebut juga Long March of Siliwangi adalah film yang disutradarai oleh Usmar Ismail.
BACA JUGA (Wah, Akan Ada Bioskop Keliling Pada Perayaan Hari Film Nasional 2017, Kota Mana Aja, Ya? )
Film tersebut merupakan film lokal pertama dengan menampilkan ciri khas Indonesia, disutradari oleh orang asli Indonesia, dan diproduksi oleh perusahaan Perfini (Perusahaan Film Nasional) milik Indonesia.
Perfini sendiri didirikan oleh Usmar Ismail.
Sebelum membuat Film Darah & Doa, Usmar Ismail juga film yang berjudul Harta Karun dan Tjitra.
Dikutip dari majalah Intisari (no 1, th I 17 Agustus 1963), Usmar Ismail menganggap Darah & Doa sebagai karya film pertamanya."Saya lebih senang menganggap Darah & Doa sebagai film saya yang pertama, yang seratus persen saya kerjakan dengan tanggung jawab sendiri," tulis Usmar dalam artikelnya.
Darah & Doa terinspirasi dari kisah yang ditulis oleh sastrawan Sitor Situmorang tentang tentang para prajurit TNI Divisi Siliwangi yang melakukan perjalanan panjang (longmarch) dari Yogyakarta ke Jawa Barat usai mendapat serangan dari Belanda yang ingin mengusik kembali Indonesia pasca kemerdekaan.
Namun fokus utama film ini bukanlah itu tetapi kisah sang pemimpin pasukan, Kapten Sudarto (Del Juzar), yang tampil dengan karakter yang sangat manusiawi.
Ia digambarkan bukan selayaknya sosok yang macho, melainkan sosok yang rapuh dan peragu.
Seorang guru yang terseret arus revolusi, begitu Usmar Ismail menggambarkan tokohnya.
Selama perjalanan, Sudarto jatuh hati pada dua orang gadis padahal ia sebenarnya sudah memiliki istri di kampung halamannya.
Perjalanan untuk memproduksi film ini tidaklah mudah. Usmar harus berhadapan dengan dua masalah utamanya, yakni modal dan alat-alat produksi.
Dengan bantuan Menteri Penerangan RI, Sjamsuddin, dan para mantan staf Multifilm, ia akhirnya bisa mengumpulkan modal pinjaman senilai Rp 150.000.
Kala itu biaya sebesar itu terbilang besar karena film-film lain kebanyakan bermodal Rp 100.000.
Usmar juga mendapat peralatan dan kru yang seadanya.
Setelah itu, melangkahlah Usmar ke tahap pemilihan pemain.
Awalnya aktor Rendra Karno dilirik menjadi pemeran utama tetapi Usmar lebih menginginkan wajah-wajah baru dalam proyek itu.
Ia lalu beriklan di koran untuk menjaring aktor-aktor pendatang baru.
Terpilihlah Del Juzar, Sutjipto, dan Aedy Mowardi yang kemudian digembleng di gedung kesenian selama beberapa pekan.
Pada 30 Maret 1950, dimulailah proses shooting yang "berdarah-darah" di daerah Subang.
Pasalnya, semua serba terbatas dan persiapan belum maksimal.
Naskahnya saja ditulis Usmar dengan cara mencicil selama pengambilan gambar.
Setiap malam, ia mengetik naskah dari cerita pendek Sitor untuk digunakan esok hari.
Usmar juga merangkap sebagai sutradara, produser, penulis skenario, penata rias, pencatat adegan, dan sopir.
Ditambah lagi, ia harus berhadapan dengan beberapa pemain yang tak bisa diatur.
Film Darah & Doa mendapat kehormatan diputar di hadapan Presiden RI pertama, Soekarno, di Istana Merdeka, pada pertengahan 1950.
"Dengan segala jerih payah dan pengorbanan lahir batin selama pembuatan film itu, kiranya kehormatan yang diberikan Dewan Film Indonesia kepada saya yang pertama itu, merupakan penghargaan yang tak ada taranya hingga sukar bagi saya untuk menyatakan terima kasih karena kata-kata saja tidak akan ada artinya," Usmar Ismail menutup artikelnya di majalah Intisari.
Film Darah dan Doa dianggap film pertama yang mencerminkan ciri khas Indonesia dan pantas menjadi titik bangkitnya perfilman Tanah Air.
Semoga perjuangan film Darah dan Doa tidak berhenti dan akan muncul-muncul film karya anak bangsa.
Selamat Hari Film Nasional! (*)
Viral Rumah Dijual Rp 27 Juta di Yogyakarta, Kondisinya Horor dan Bikin Merinding, Akan Dibeli Joko Anwar?
Source | : | www.kompas.com,www.tribunnews.com |
Penulis | : | Alfa Pratama |
Editor | : | Alfa Pratama |