Grid.ID – semakin ke sini, batasan orang melihat urusan seksual semakin berbeda-beda.
Tidak usah jauh-jauh bicara masalah kelainan seksual yang lebih serius, deh!
Contoh paling nyata ialah soal kondisi dimana pasangan kamu merasa bahwa frekuensi berhubungan intim harus terus dilakukan dan bahkan nggak boleh absen.
Dunia medis menyebutnya dengan hiperseks.
Banyak wanita yang menganggap bahwa hiperseks adalah hasrat seksual tingkat tinggi yang menginginkan pasangannya melayani keinginannya setiap hari atau bahkan sehari lebih dari satu kali.
Apa benar itu adalah ciri-ciri seseorang yang hiperseks?
“Setinggi apa pun frekuensi berintim-intim tak selalu bisa dikategorikan hiperseks,” ujar ujar Dr. Gerard Paat, MPH.
Menurutnya, contoh jelas bisa dilihat pada pasangan pengantin baru atau mereka yang terpisah cukup jauh dengan tenggang waktu lama.
"Biasanya, aktivitas hubungan seks mereka, kan, jadi tinggi. Namun tingginya frekuensi ini lebih diwarnai oleh tingginya dorongan atau kebutuhan seksual semata-mata, bukan oleh sebab-sebab tertentu yang menjadi ciri utama perilaku hiperseks," terang konsultan seksologi di Biro Konsultasi Kesejahteraan Keluarga RS St. Carolus, Jakarta ini.
Buat pasangan yang baru menikah, lanjutnya, aktivitas berintim-intim jadi sangat menarik dan menyenangkan karena merupakan sesuatu yang baru.
"Sama saja seperti nyopir. Begitu bisa, seseorang yang tengah belajar nyopir, kan, pasti pingin terus nyopir,” tambahnya.
Dia mengatakan jika awalnya tentu menyenangkan memiliki pasangan dengan dorongan seks tinggi. Tapi lama-kelamaan, kan, pasangannya kewalahan dan merasa amat terganggu karena sangat menyita waktu dan energinya.
Jadi, tegas ketua Dewan Pendidikan Yayasan Pondok Indah Don Bosco ini, bila kedua belah pihak merasakan dorongan/kebutuhan seksual yang sama-sama hiper, sebetulnya frekuensi yang tinggi tak perlu dipermasalahkan.
Baru dianggap jadi masalah bila salah satu menderita dibuatnya, lantaran dorongan seksual yang berlebihan tadi membuat pasangannya selalu minta dilayani atau malah mencemari hubungan suami-istri secara umum, semisal jadi ribut terus.
Bukankah berintim-intim harusnya diinginkan kedua belah pihak dan bisa saling memuaskan?
Ciri dan Penyebab Hiperseks
Memang, diakui Gerard, dengan melihat frekuensi hubungan seks bisa dilihat apakah seseorang hiperseks atau tidak, yakni bila frekuensinya melebihi ukuran normal.
Meskipun tolok ukur normal dan abnormal juga sangat individual, artinya berbeda pada tiap orang. Bagi pasangan A, misal, yang dikatakan normal mungkin cukup berintim-intim 1-2 kali seminggu.
Tak demikian dengan pasangan B, boleh jadi 3-4 kali seminggu baru dikatakan normal.
Nah, dari ukuran normal ini, bila terjadi peningkatan drastis, semisal jadi 3-4 kali sehari atau rata-rata 20 kali per minggu, barulah bisa dicurigai salah seorang di antara mereka menderita kelainan/gangguan seksual yang dinamakan hiperseks.
Penderitanya bisa pria, bisa juga wanita. (*)
Penulis | : | Ridho Nugroho |
Editor | : | Ridho Nugroho |