Laporan Wartawan Grid.ID, Ulfa Lutfia Hidayati
Grid.ID - Nama Kombel Pol Lisda Cancer menjadi salah satu yang paling dicari karena keterlibatannya terhadap proses identifikasi kecelakaan pesawat Lion Air JT 610.
Lisda Cancer merupakan satu di antara dokter forensik yang ditugaskan untuk melakukan identifikasi terhadap penumpang pesawat Lion Air JT 610 yang jatuh di perairan Karawang pada Senin (29/10/2018) lalu.
Sebelum menangani kasus kecelakaan pesawat Lion Air JT 610, dokter Lisda Cancer rupanya sudah menangani berbagai kasus.
Baca Juga : Diduga Berzina, Angel Lelga Digerebek Polisi dan Diteriaki Warga
Kasus pengeboman Kedutaan Australia tahun 2004 lalu menjadi tugas pertama Lisda Cancer sebagai seorang doktor forensik.
Wanita yang tahun ini genap berusia 50 tahun itu juga terlibat dalam tim yang mengidentifikasi pelaku bom JW Mariott dan Ritz Carlton di tahun 2009.
Terakhir kasus bom bunuh diri yang terjadi di Surabaya pada Mei 2018 lalu juga menjadi catatan kasus lain yang harus ia tangani.
Baca Juga : Digerebek Vicky Prasetyo, Angel Lelga Digiring ke Mobil Polisi dan Diteriaki Warga Kampung
Siapa sangka, alumni Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Indonesia ini mulai tertarik bergabung dengan kepolisian karena banyak seniornya di Resimen Mahasiswa (Menwa) banyak yang menjadi anggota TNI dan Polri.
Melalui cerita seniornya tersebut, akhirnya dirinya mantap melanjutkan sekolah perwira setelah lulus FKG di tahun 1994.
"Setelah itu saya masuk pendidikan polisi, pendidikan polisi sembilan bulan ya, penempatan pertamanya di sekolah polisi wanita dari 95 - 2003, lalu 2003 saya pendidikan sekolah lanjutan perwira, terus sampai 2004," cerita Lisda, seperti Grid.ID kutip dari Tribunnews.com.
Baca Juga : Polisi Bakal Gelar Pra Rekonstruksi, Lokasi Pembunuhan Satu Keluarga di Bekasi Dipadati Warga
Tahun 2004 menjadi awal perjalanan karier ibu tiga anak ini sebagai dokter tim forensik Polri dengan bergabung ke Pusdokkes Polri di bidang Kedokteran Polisian.
Lebih dari 14 tahun menjadi seorang dokter forensik membuat Lisda Cancer terbiasa melihat jenazah dengak berbagai kondisi.
Meskipun begitu, dirinya tetap merasa tidak nyaman saat harus dihadapkan dengan jenazah yang kondisinya tidak utuh.
Baca Juga : Cari Linggis Barang Bukti Pembunuhan Satu Keluarga di Bekasi, Polisi Sampai Harus Menyelam di Sungai Keruh
"Yang pertama, takut sih gak ya. Alhamdulillah kalau takut enggak. Cuman rasa mungkin enggak nyaman ya apalagi kalau lihat kondisinya enggak (bagus) ini enggak nyaman tapi ya lama lama terbiasa," ungkap Lisda.
Bergabung bersama tim DVI juga kerap membuatnya diberondong pertanyaan dari keluarga yang menantikan hasil pemeriksaan.
Namun perempuan kelahiran 1968 ini mengaku bila dirinya bisa mengerti perasaan keluarga korban yang khawatir.
Dirinya pun tetap mencoba menjawab pertanyaan yang diajukan dengan penuh kesabaran.
“Maksudnya, kita kan tau emosinya namanya orang lagi sedih, merasa kehilangan. Kita yang harus sabar dan harus bisa menjelaskan yang masuk akal gitu, sehingga keluarga korban menerima alasan kita apa, jangan kita ngarang-ngarang,” tuturnya.
Berkecimpung di dunia forensik selama 14 tahun, Lisda Cancer juga pernah menemui kegagalan.
Dirinya mengaku sangat sedih bila tidak berhasil mengidentifikasi jenazah, terlebih bila keluarga korban begitu mengharapkan kerabatnya segera ditemukan.
Baca Juga : Viral, Seorang Pemuda Tulis Surat Ucapan Terima Kasih untuk Polisi Setelah Lulus Tes dan Dapat SIM
“Ya ada sih perasaan menyesal jika kita tidak bisa mengidentifikasi, tidak bisa mengembalikkan kepada keluarga korban, apalagi kalau keluarga korban sangat mengharapkan ya, pasti ada rasa (penyesalan) itu,” ungkapnya.
(*)
Ngamuk Saat Tak Diberi Uang, Pengemis di Bogor Ini Malah Ketahuan Lagi Top Up: Ngegas Gak Dikasih
Source | : | tribunnews,Warta Kota |
Penulis | : | Ulfa Lutfia Hidayati |
Editor | : | Deshinta Nindya A |