Laporan wartawan Grid.ID, Novita D Prasetyowati
Grid.ID - Pada perayaan hari lahir Nabi Muhammad SAW alias Maulid Nabi 2018 yang diperingati umat muslim di Indonesia pada Selasa 20 November mengingatkan pada penggalan pidato Bung Karno.
Penggalan pidato Bung Karno di peringatan hari Lahir Nabi Muhammad SAW di Jakarta tahun 1963 tersebut kembali terdengar pada saat Maulid Nabi 2018
Penggalan pidato Bung Karno tersebut menunjukkan makna lebih dari peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW alias Maulid Nabi 2018.
Baca Juga : Maulid Nabi 2018: 12 Peristiwa di Hari Lahir Nabi Muhammad SAW yang Mengagumkan
Perayaan hari lahir Nabi Muhammad SAW alias Maulid Nabi di tiap-tiap daerah berbeda-beda.
Hal tersebut dikarenakan adanya wujud peringatan yang berbeda-beda dari berbagai budaya daerah.
Tak hanya itu, umat muslim di Indonesia telah merayakan Maulid Nabi sejak zaman kemerdekaan Indonesia hingga sekarang.
Baca Juga : Maulid Nabi 2018: 7 Makanan Tradisi Perayaan Hari Lahir Nabi Muhammad SAW dari Berbagai Daerah
Di era pemerintahan Presiden Soekarno atau Bung Karno pernah berpidato pada peringatan Maulid Nabi tahun 1963 di Jakarta.
Bung Karno mengingatkan makna dan hakikat perayan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Pasalnya peringatan Maulid Nabi bukan hanya tentang mengingat hari lahir Nabi Muhammad SAW saja.
Baca Juga : Maulid Nabi 2018: Mengenal Tradisi Maudu Lampoa di Sulawesi, Perayaan dari Atas Perahu
Akan tetapi, pada perayaan Maulid Nabi mengingatkan seluruh umat mulim untuk mengingat keteladanan Rasulullah terkait ajaran, konsepsi, serta agama islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW.
Dilansir Grid.ID dari laman Wartakota, terdapat penggalan pidato yang disampaikan Presiden Soekarno saat perayaan Maulid Nabi pada tahun 1963.
Berikut ini kutipan pidato Bung Karno saat Maulid Nabi 1963 di Jakarta.
Baca Juga : Maulid Nabi 2018: Pasar Bandeng Murah, Cara Masyarakat Sidoarjo Sambut Perayaan Hari Lahir Muhammad SAW
"Kita selalu merayakan Maulud, Maulud Nabi.
Apa sebenarnya yang kita rayakan?
Bukan sekadar Muhammadnya.
Bukan sekadar dia itu dulu Nabi.
Tidak.
Yang kita kerjakan sebenarnya ialah Ajaran, Konsepsi, Agama yang Ia berikan kepada Umat.
Diberi oleh Tuhan via malaikat Jibril kepada Rasul, Rasul meneruskan lagi kepada umat yaitu kita.
Itu yang kita rayakan.
Oleh karena itu, maka kita berkata jikalau benar-benar engkau cinta Muhammad,
Baca Juga : Maulid Nabi 2018 : Mengenal Tradisi Saweran Koin di Kediri yang Selalu Ditunggu Anak-anak
jikalau benar-benar engkau merayakan maulud Muhammad bin Abdullah,
jikalau benar-benar engkau merayakan Rasulullah, yang punya hari maulid,
kerjakanlah apa yang Ia perintahkan.
Kerjakanlah apa agama yang Ia bawa.
Kerjakan sama sekali.
Agar benar-benar kita bisa berkata
Baca Juga : Maulid Nabi 2018: Mengenal Festival Ampyang Maulid di Kudus yang Telah Digelar Sejak Abad ke-16
'Kita telah menerima daripada agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW," ucap Bung Karno dengan lantang.
Dalam penggalan pidato tersebut, Bung Karno tampak mengingatkan umat muslim Indonesia untuk meneladani Rasulullah.
Bung Karno pun juga mengutarakan umat muslim harus mengerjakan apa yang Rasulullah perintahkan.
Baca Juga : Kumpulan Ucapan Maulid Nabi 2018 untuk Update Status di Media Sosial
Tak hanya meneladani Rasulullah, pada peringatan Maulid Nabi 1963 tersebut, Bung Karno juga mengingatkan umat muslim agar agama yang telah diterima, yaitu agama yang dibawa Nabi Muhammad SAW terus dijalankan dengan benar-benar.
Bung Karno mengingatkan agar pada saat merayakan Maulid Nabi Muhammad, seluruh umat muslim menjalankan perintah agama dengan benar-benar.
Beberapa keteladanan Nabi Muhammad SAW dan perintah agama yang bisa diamalkan pada saat Maulid Nabi antara lain memperbanyak membaca sholawat nabi.
Selain amalan sunah tersebut, dalam hal ibadah, akhlak mulia dan agung dari nabi juga harus ditiru, dicontoh dan diteladani, serta diperbanyak di perayaan Maulid Nabi 2018 ini.
(*)
Gagal Move On dan Tak Terima sang Mantan Pacar Sudah Punya Kekasih Baru, Pria Ini Culik sang Wanita tapi Keciduk Polisi, Begini Akhirnya
Source | : | YouTube,Wartakota |
Penulis | : | Novita Desy Prasetyowati |
Editor | : | Novita Desy Prasetyowati |