Laporan Wartawan Grid.ID, Bunga Mardiriana
Grid.ID - Pemerintah India menyatakan bahwa mereka tak memiliki rencana apapun untuk mengambil jenazah John Allen Chau yang ada di pulau Sentinel.
Melansir dari South China Morning Post, seorang antropolog yang terlibat dalam kasus ini menyatakan bahwa keputusan tersebut adalah yang terbaik.
Menurutnya, hingga saat ini memang sangat tidak memungkinkan untuk mengambil jenazah Chau tanpa mengganggu Suku Sentinel yang mendiami pulau tersebut.
Baca Juga : Kerap Dijuluki Katy Perry Indonesia, Jenita Janet Habiskan Puluhan Juta untuk Perawatan Wajahnya
"Kami memutuskan untuk tidak mengganggu Suku Sentinel," ucap antropolog yang tidak ingin disebutkan namanya tersebut.
"Kami sudah lama tidak berhubungan dengan suku tersebut dan memutuskan untuk tidak mencobanya," lanjutnya.
Antropolog ini pun mengatakan bahwa usaha yang dilakukan untuk mengambil jenazah Chau di pulau tersebut pasti akan menimbulkan keributan antara penduduk dan pendatang dari luar.
"Maka dari itu kita seharusnya tidak menyulut emosi mereka," ucapnya.
"Mereka menembakkan panah setiap ada pendatang baru. Itu adalah cara mereka untuk menyampaikan supaya jangan datang ke pulau tersebut dan kita pun menghormatinya," lanjutnya.
Ia pun mengatakan ada pula dugaan bahwa bisa saja suku tersebut akan memperluas daerah perlindungan untuk pulau mereka.
Itu berarti Suku Sentinel akan semakin dekat dengan dunia luar.
Keputusan pemerintah India ini sudah disampaikan ke Kedutaan Besar Amerika Serikat yang ada di Delhi.
"Mereka memahami situasinya dan tidak menekan kami," ucap antropolog tersebut.
Baca Juga : Mengaku Sudah Pisah Rumah, Begini Cara Gading Marten dan Gisella Anastasia Atur Waktu untuk Asuh Anak
Sebelumnya, John Allen Chau yang merupakan seorang misionaris, pergi mengunjungi Pulau Sentinel untuk menyebarkan ajaran agamanya.
Namun, Chau justru dibunuh oleh Suku Sentinel pada 16 November 2018.
Suku Sentinel sendiri merupakan suku terasing yang mendiami pulau Sentinel.
Pemerintah India sendiri sudah membuat larangan untuk tidak mengunjungi pulau tersebut. (*)
Penulis | : | Bunga Mardiriana |
Editor | : | Widyastuti |