Grid.ID - Tak ada manusia yang paling istimewa di dunia ini kecuali ibu.
Bahkan, di telapak kakinya terletak surga.
Maka, Nabi Muhammad mengatakan, orang yang pertama kali harus dihormati adalah ibu, ibu, dan ibu. Baru kemudian ayah.
Dan, ini kisah duka mahluk paling istimewa yang menggerus hati.
Tepatnya di Jalan Otista Raya, Jakarta Timur.
Di tengah teriknya matahari, debu bertebaran dan sesaknya arus lalu lintas, Mira yang hendak menuju rumahnya dengan menggunakan ojekl online terpaksa berhenti.
Ia melihat seorang bocah berusia 6 tahun mendorong gerobak.
Langkah kaki kecil tanpa alas semakin memperberat beban gerobak yang ditariknya.
Apa gerangan yang berada di dalam gerobak dan didorong bocah bernama Kiki itu?
Kiki tampak susah-payah mendorong gerobak, karena tenaganya memang masih kecil, sedangkan bebannya begitu berat.
Tak ada seorang pun yang menolong bocah berumur 6 tahun tersebut.
Mira langsung meminta pengemudi ojek untuk berhenti untuk menemui bocah itu.
Rasa iba yang dirasakan Mira menyebabkan dirinya tak kuasa untuk tidak menolong bocah itu.
Ketika mendekat, ia terkaget-kaget karena melihat sesosok ibu yang terkapar di dalam gerobak.
Bocah tersebut menutupi ibundanya dengan kardus dan terpal agar tidak kepanasan.
Mira kemudian membantu bocah tersebut menuju minimarket terdekat untuk membelikan obat-obatan beserta makanan.
"Saya gak tega ngeliatnya, kasihan gak ada yang nolong. Karena anak itu gak kuat narik gerobaknya," kata Mira di Jalan Otista Raya, Jatinegara, Jakarta Timur, Selasa (25/4/2017).
Orang tua yang tergeletak di gerobak itu bernama Ita (54).
Wanita asal Madiun ini kesehariannya bekerja mencari rongsokan di sekitar wilayah Jatinegara.
Sedangkan Kiki merupakan anak bontot dari 11 bersaudara.
Meski memiliki banyak anak, namun 6 anaknya yang sudah berkeluarga tinggal di Madiun.
Sedangkan 3 anak lainnya tinggal di Jakarta dan juga sudah memiliki keluarga.
Satu orang masih duduk di bangku sekolah kelas V SD.
Ita biasa berkelana dengan Kiki yang setia menemani ibunya siang dan malam.
Sedangkan suami Ita meninggal sekitar 5 tahun yang lalu.
Ita mengeluh mengalami sakit di bagian perut sekitar seminggu yang lalu.
Hal tersebut menyebabkan dirinya tak kuat mendorong gerobak hingga terpaksa meminta anaknya yang masih kecil untuk mendorong gerobak seberat kurang lebih 80 kilogram itu.
"Ibu gak kuat, sakit perut, punya maag. Mungkin karena telat makan terus," ungkapnya.
Beruntung, meskipun masih anak-anak, Kiki memahami hal yang harus ia lakukan sebagai seorang anak.
Permintaan sederhana dari ibunda dijalaninya dengan senang hati meskipun ia tak kuat mendorong gerobak seharian penuh.
"Kasihan mama saya, jadi saya yang dorong gerobaknya," tutur Kiki yang mengaku tak punya uang itu.
Saat diberitahu bahwa ada petugas dari Suku Dinas Sosial (Sudinsos) Jakarta Timur yang hendak datang untuk membawanya ke rumah sakit, Ita ketakutan.
Ia mengira bahwa dirinya akan ditangkap.
Meski dibujuk, dirinya bersikeras menolak untuk dibawa.
Ia memilih untuk pergi meninggalkan minimarket tepat di depan halte Bidara Cina Transjakarta.
Beberapa menit berselang, Petugas P3S Suku Dinas Sosial Jakarta Timur, Franciscus, datang ke tempat di mana Ita dilaporkan telah ditemukan.
Namun sayangnya ia telah pergi meninggalkan mini market tersebut.
Ita dan anaknya melanjutkan kembara hidup yang kian keras.
Dalam sakit yang melilit, ita terpaksa mengandalkan kebaikan anak bvungsunya, Kiki.
Di si kecil Kiki itu terpaksa terpaksa harus siap memecahkan karang persoalan hidup mereka, meski lemah jarinya terkepal. (Warta Kota/Rangga Baskoro)
Penulis | : | Hery Prasetyo |
Editor | : | Hery Prasetyo |