Pasca gempa besar yang melanda wilayah Sulawesi Tengah, lanjut Titik, pihaknya berusaha mendorong pemerintah desa agar menyisihkan sebagian dana desa untuk pengembangan ekonomi masyarakat.
“Tujuannya agar ekonomi warga kembali hidup. Apalagi ibu-ibu warga desa di sini sudah memiliki keterampilan seperti membuat makanan kecil atau kerajinan yang memiliki nilai ekonomis. Saya berharap gempa ini tidak membuat warga desa mencari jalan singkat dengan kembali menjadi TKW,” imbuh Titik.
Kondisi ekonomi desa harus segera dipulihkan sebab dampaknya sangat luas. Faktor ekonomi bisa menjadi salah satu penyebab terjadinya kekerasan fisik keluarga.
“Kalau emosionalnya tidak stabil, kondisi ekonomi yang mendadak ambruk bisa memicu kekerasan,” papar Titik.
Karena itu, ia mengapresiasi Jejaring Mitra Kemanusiaan-OXFAM (JMK-OXFAM) yang membuat program padat karya bagi masyarakat di daerahnya.
Dan ternyata, program tersebut memberikan dampak yang positif. Insentif sebesar Rp 80 ribu/hari selama 15 hari sangat berarti bagi masyarakat yang baru saja terkena musibah.
Apalagi manfaat dari pekerjaannya itu juga dinikmati oleh masyarakat sendiri.
Selain itu, kegiatan padat karya yang dilakukan warga bisa menjadi sarana untuk menghilangkan trauma bagi masyarakat yang sempat syok akibat gempa bumi dan likuifaksi yang begitu dahsyat.
Titik mengaku termasuk salah seorang yang mengalami trauma saat gempa likuifaksi datang. Bagaimana tidak trauma, begitu terjadi gempa, selain posisi rumah yang bergeser, tiba-tiba saja jutaan kubik lumpur keluar dari dalam tanah, bergulung-gulung menuju ke arah rumahnya.
Baca Juga : Heboh Penampakan Awan Berbentuk Gelombang Tsunami di Langit Makssar, Berikut Penjelasan BMKG
“Tapi Allah Maha Besar, setelah melumat rumah tetangga di Dusun Tiga, tiba-tiba lumpur itu berhenti persis di seberang rumah saya,” cerita Titik.
Saat memperingati Hari Anti Kekerasan paskagempa, pihaknya juga mengadakan upacara besar-besaran di lapangan desa yang dihadiri sekitar 1000 peserta lebih dari berbagai tempat serta instansi. “Sebagai seorang aktivis, kami memimpikan laki-laki dan perempuan bergerak maju bersama demi kemajuan, tanpa kekerasan,” pintanya.
Gandhi Wasono M.
Larang Ayah Rozak Jadi Calon Wali Kota Depok, Ayu Ting Ting Ngaku Tolak Tawaran Terjun ke Dunia Politik, Ternyata ini Alasannya