Grid.ID - Hoax alias informasi palsu kian merajalela di dunia maya.
Media penyebarannya bisa lewat apa saja, baik situs online maupun blog.
Setelah itu disebarkan secara membabi-buta via sosial media seperti Facebook, Twitter, Instagram, dan lainnya.
Bahkan aplikasi chating seperti WhatsApp, BBM, dan Line, sering menjadi alat pertama penyebar hoax dan gosip.
(BACA JUGA: Istri Pertama VS Istri Kedua Ala Trio Macan, Kira-kira Sindir Siapa Yah?)
Sosial media kerap dimanfaatkan untuk menyebarkan hoax dengan ‘kecepatan cahaya’, tanpa cek ricek terlebih dahulu.
Banyak hal negatif yang ditemui jika informasi hoax sudah tersebar.
Bahkan efek viral mudah terjadi jika judul dibuat sensasi dan bombastis.
Seseorang yang berpendidikan tinggi sekalipun akan mudah terpancing jika sisi emosionalnya dibakar oleh judul yang provokatif dan memancing emosi.
Efek negatif jelas terlihat berupa perpecahan di masyarakat, kecemasan dan kepanikan, hingga perilaku yang cenderung merusak.
Hanya mereka yang berpikir logis dan terbuka, yang akan mempertanyakan jika ada sebuah informasi yang nggak masuk akal.
Nah, bagaimana agar kamu nggak mudah percaya dengan kebenaran sebuah informasi?
Hoax atau bukan, berikut caranya:
1. Pembuat informasi nggak jelas.
Biasanya pengirim awal hoax ini nggak diketahui identitasnya, termasuk link sumber ilmiah dari pesan yang disebar.
Kalau pun ada nama dalam berita, biasanya dicatut begitu saja tanpa ijin.
Pesan dikirim via WhatsApp, Email, Twitter yang penyebarannya cepat, mudah, dan gratis.
(BACA JUGA: Anak Ini Tewas Tahun 1994, Tapi Jantungnya Baru Berhenti Berdetak Tahun 2017)
2. Isi berita penuh sensasi dan provokatif
Biasanya, isi berita hoax bertentangan dengan logika umum dan ilmu pengetahuan.
Bisa juga terdengar aneh jika dibandingkan dengan fakta yang sudah umum diketahui.
Istilah ilmiah sering digunakan, memanfaatkan keawaman pembaca.
Isinya mudah bikin kamu cemas dan panik.
Diakhiri himbauan agar pembaca segera meneruskan (forward) ke teman atau forum yang lebih luas.
Misalnya “Jika kamu tidak meneruskan informasi ini, maka akan ada kesialan yang menimpa esok hari”.
(BACA JUGA: Serem, Wajah Cut Zara Babak Belur Begini karena Jadi Korban KDRT)
3. Cek nama domain
Media resmi tidak akan memakai blog gratisan seperti WordPress atau Blogspot.
Saat ini, penyebar hoax seringkali memakai blog gratisan seperti itu untuk melakukan penipuan online, menyebar berita palsu, memuat pornografi, atau menjual obat ilegal.
Meskipun saat ini membeli nama domain memang sangat murah, namun ini bisa menjadi filter awal.
4. Cek alamat dan kontak
Setelah alamat situs yang meyakinkan, cek pula alamat dan nomor telepon yang tercantum di situsnya.
Biasanya ada kanal Contact Us.
Sumber hoax biasanya tidak mencantumkan alamat dan nomor telepon yang benar, agar nggak terlacak keberadaannya.
Bahkan, seringkali alamat yang dicantumkan palsu atau memakai alamat kantor orang lain.
(BACA JUGA: Beredar Foto Mulan Jameela Sedang Hamil )
5. Cek identitas pendaftar
Domain yang benar pasti akan menyertakan pihak yang mendaftar pertama kali dan bisa dicek lewat https://www.whois.net.
Bisa berupa nama perusahaan atau pribadi, lengkap dengan alamat dan terkadang nomor telepon.
Situs hoax atau penipuan, biasanya menampilkan “Who is Privacy Protection Services”
6. Cek foto hoax
Jika ada sebuah foto yang tampak menyulut emosi atau nggak masuk akal, cek dulu kebenarannya lewat Google.
Kamu bisa copy alamat foto tersebut atau download foto yang dicurigai sebagai latar belakang berita hoax.
Caranya dengan menggunakan Images Google.
Buka https://images.google.com/, lalu masukkan ke kolom pencarian dengan mengklik ikon kamera.
Maka akan muncul penjelasan foto tersebut, termasuk situs yang pertama memuatnya.
Cara lebih mudah adalah dengan klik kanan di atas foto, lalu pilih Search Google for Image.
Semoga cara ini bikin kamu lebih bijak dalam sharing berita dan say no to hoax. (*)
Sederhananya Kamar Denny Sumargo, Padahal Istrinya Jadi Direktur Kaya Raya, Intip Potretnya