Grid.ID – Sebagai organ terbesar tubuh, kulit sangatlah halus dan rapuh.
Ketika lapisan dermis atau epidermis mengalami kerusakan atau luka, jaringan kulit baru akan tumbuh di area yang rusak.
Bekas luka, walau seringkali tidak sedap dipandang, merupakan tanda positif bahwa tubuh sedang menjalani proses biologis dalam memperbaiki luka.
Bekas luka berarti proses penyembuhan telah terjadi.
Meskipun jaringan kulit yang baru terdiri dari bahan kulit yang sama, namun kualitas dan tampilan jaringan kulit yang baru dipengaruhi berbagai faktor.
Faktor-faktor seperti kedalaman, ukuran, dan lokasi luka pada tubuh dapat mempengaruhi tampilan bekas luka.
Faktor lain yang juga bisa mempengaruhi tampilan bekas luka adalah usia, jenis kelamin, etnis, dan faktor genetik dari masing-masing individu.
Para ahli perawatan luka saat ini percaya bahwa 3 faktor utama dalam perawatan bekas luka yang baik adalah hidrasi kulit, perlindungan kulit, dan hasil akhirnya adalah pemudaran tampilan bekas luka.
Berikut adalah beberapa jenis bekas luka yang umum ditemui, dimulai dari bekas luka Keloid.
Keloid adalah hasil proses penyembuhan kulit yang terlalu agresif, dimana jaringan kulit baru, tumbuh hingga area di luar luka.
Jenis luka Keloid lebih umum ditemui pada orang yang berkulit gelap dan bisa terbentuk ketika kulit mengalami cedera.
Yang kedua adalah bekas luka Kontraktur yang terbentuk ketika kulit terbakar.
Bekas luka ini bisa meresap, mempengaruhi ketegangan otot dan syaraf dan akhirnya membatasi gerak tubuh.
Yang ketiga adalah bekas luka Atrofi yang cenderung tampak kempis dan cekung karena rusaknya jaringan kolagen kulit.
Bekas luka ini umum terjadi akibat jerawat dan penyakit cacar.
Yang ke empat adalah Stretch Mark atau luka guratan yang umumnya ditemui pada wanita setelah melahirkan. (*)
Inilah Wajah Pemenang Lomba Mirip Nicholas Saputra, Kantongi Rp500 Ribu, Mata dan Hidung Plek Ketiplek?
Penulis | : | Ridho Nugroho |
Editor | : | Ridho Nugroho |