Grid.ID - Macan memang mengagumkan baik gerakan, warna, maupun kemampuannya.
Namun, tetap saja ia binatang buas penguasa hutan yang bisa menerkam dan mencabik-cabik siapa saja.
Sebab itu, banyak yang takut mendekat apalagi bersentuhan dengan macan.
Kebanyakan dari kita melihat macan secara langsung dalam keadaan terkerangkeng di kebon binatang.
Namun tidak dengan Abdullah Sholeh, pria asal Indonesia ini.
Sejak 10 tahun lalu, dia bersahabat dan bisa dikatakan hidup dengan macan Bengal yang terkenal ganas.
Semula, Abdulah menjadi perawatn macan itu saat berumur 3 bulan, sekitar 10 tahun lalu.
Namun, dia kemudian jatuh hati dan akhirnya berkawan dengannya hingga kini.
Macan betina itu diberi nama Mulan Jamillah.
Macan cantik itu dari Bengal yang didonasikan kepada sekolah islam di malang ketika masih berumur 3 bulan.
Sejak itu, Abdullah Sholeh menjadi perawatnya dan kedua mahluk ini memiliki hubungan mesra sampai sekarang.
Saat Mulan Jamillah datang, Abdullah Sholeh masih remaja.
Dia sempat bingung karena harus merawat macan Mulan Jamillah, sementara tetap sekolah.
Namun, begitu persahabatan mereka terjalin mesra, Abdullah Sholeh akhirnya dengan suka rela terus menjaganya.
Bahkan, hampir selama 24 jam Abdullah Sholeh tak lepas dari Mulan Jamillah.
"Jika saya sedang tidak ada di rumah, Mulan akan berusaha mencari saya. Dia akan gelisah," kata Abdullah.
"Sebab itu, saya selalu bersamanya untuk bermain, tidur, dan memberinya makan. Itulah bagaimana saya menghabiskan waktu saya," tambahnya.
Abdullah mengatakan, Mulan Jamillah merupakan teman terbaiknya.
Dia bermain, makan, dan tidur bersama.
Meski begitu, dia akan tetap hati-hati karena khawatir suatu saat macan itu akan muncul naluri binatnagnya.
"Saya sadar dia seekor binatang yang memiliki instingnya sendiri. Dia seperti kucing," katanya.
"Ketika bermain, dia suka mencakar dan menggigit. Itu beberapa risiko yang harus saya hadapi," tambahnya.
"Maka, kita juga harus belajar karakternya," ujarnya.
Abdullah mengatakan, wajahnya pernah dicakar dan nyaris mengeluarkan matanya.
Sebab itu, dia mulai hati-hati karena cara bermainnya memang begitu.
Dia juga terpaksa harus sering menggunakan kain di leher untuk melindunginya dari cakaran Mulan Jamillah.
Meski begitu, Abdullah menyadari itu bukan disebabkan kemarahan tapi bentuk rasa sayang.
"Saya sudah biasa dicakar dan digigit oleh Mulan Jamillah," akunya. (*)
Penulis | : | Hery Prasetyo |
Editor | : | Hery Prasetyo |