Grid.ID - Kanker Serviks menjadi penyakit yang ditakutkan oleh wanita karena menjadi penyebab terbesar kematian wanita.
Hal ini dialami salah satunya oleh Julia Perez atau Jupe yang meninggal dunia karena menderita kanker serviks selama kurang lebih 4 tahun.
Kanker serviks terjadi karena adanya virus HPV yang ditularkan melalui kontak kelamin.
Infeksi ini sangat mudah menular dan wanita yang aktif secara seksual harus mengetahui tanda-tanda kapan harus memeriksakan diri apakah dirinya terserang sel kanker yang menyerang rahim atau tidak.
(BACA Tak Sampai Ratusan Ribu, Ramuan Dua Daun dari Pohon Buah Bisa Atasi Kanker Serviks)
Untuk memeriksa dan mendeteksi adanya kanker serviks bisa dilakukan dengan beberapa cara.
Menurut dr. Krisma Kurnia, Sp.PD, dokter ahli penyakit dalam yang berpraktik di Rumah Sakit Bethesda Lempuyangwangi Yogyakarta, teknik yang sekarang digunakan untuk mengenali apakah wanita memiliki risiko menderita kanker serviks atau tidak dilakukan dengan cara sitologi, pemeriksaan DNA, dan pemeriksaan serviks secara visual.
Masing-masing memiliki sensitivitas yang berbeda-beda.
"Pemeriksaan sitologi atau Pap Smear mempunyai sensitivitas berkisar 60%-70% dan interpretasi sitologi seringkali subjektif," ujar dokter Krisma yang juga berpraktik di Rumah Sakit Jiwa RSJ.Grhasia, Sleman, D.I. Yogyakarta.
(BACA Penyesalan Ria Irawan Tak Berkesudahan, Permintaan Jupe yang Terlambat Dipenuhinya)
"Pemeriksaan HPV DNA High Risk mempunyai sensitivitas 97,1% dan spesifisitas 85,6%. Pemeriksaan ini mencakup pemeriksaan PCR untuk deteksi, kuantifikasi dan typing HPV DNA," tambah dokter yang merupakan anggota BigReds, komunitas fans klub sepakbola Liverpool.
Menurut dokter Krisma, pemeriksaan serologi untuk paparan HPV high-risk tidaklah cukup untuk menentukan apakah seorang wanita memiliki risiko kanker serviks atau tidak.
Pemeriksaan ini hanya mengindikasikan bahwa seseorang telah terekspos HPV, tidak menyatakan apakah terinfeksi secara aktif atau persisten.
Papsmear adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan pada sel permukaan pada leher rahim untuk mendeteksi adanya kanker leher rahim.
Sedangkan sitologi serviks merupakan metode baru untuk meningkatkan keakuratan deteksi kelainan sel-sel leher rahim (serviks).
Pada metode ini, sampel swab vagina dimasukkan ke dalam cairan khusus untuk memisahkan sel atau faktor penganggu lainnya sebelum dilihat di bawah mikroskop.
Pemeriksaan HPV-DNA adalah pemeriksaan molekuler menggunakan metoda hybrid capture II yang telah mendapatkan persetujuan Food and Drug Administration (FDA) untuk mendeteksi adanya DNA Human Papilloma Virus (HPV) tipe risiko tinggi pada bahan pemeriksaan yang diambil dari serviks.
Pemeriksaan HPV-DNA juga dianjurkan bila hasil pemeriksaan Pap Smear tidak jelas atau membingungkan.
Masyaallah! Presiden Prabowo Beri Hadiah Rp 100 Juta untuk Mbah Guru yang Viral Ngajar Matematika Lewat Tiktok, Netizen Ikut Girang
Penulis | : | Alfa Pratama |
Editor | : | Alfa Pratama |