Grid.ID - Gadis berusia sepuluh tahun, Rohtak, sedang hamil lima bulan.
Kehamilannya disebabkan karena ia diperkosa berulang kali oleh ayah tirinya.
Saat kandungannya memasuki bulan ke-4, ia meminta pengajuan aborsi ke pengadilan.
Sebuah panel dokter bertemu untuk memutuskan apakah Rohtak, warga India, diperbolehkan melakukan aborsi.
Dan saat ini masih menunggu keputusan.
Rohtak, gadis asala India utara, akan melahirkan dalam empat bulan dan berulang kali diperkosa oleh pria tersebut saat ibunya berada di luar rumah.
(BACA Terpopuler - Video Menghebohkan Ustaz Yusuf Mansur Hingga Sadisnya Pria Membunuh Calon Istri)
Hukum India tidak mengizinkan aborsi setelah usia kandungan lebih dari 20 minggu kecuali dokter menyatakan bahwa nyawa wanita ini dalam bahaya.
Ayah tirinya telah ditangkap dan ditahan sambil menunggu penyelidikan polisi.
"Ia ditangkap setelah ibu gadis tersebut melaporkannya ke polisi," kata salah satu petugas polisi Rohtak Pankaj Nain kepada BBC yang dikutip Grid.ID.
Keluarga gadis itu meminta agar dokter dari Institut Ilmu Kedokteran Pasca Sarjana di India mengizinkan gadis tersebut menjalani aborsi.
(BACA Ini Lho, Biaya Vaksin Kanker Serviks Agar Tidak Terlambat Seperti Jupe)
Awal kejadian tragis ini, bermula saat ibu gadis itu menduga putrinya mungkin hamil dan membawanya ke dokter.
Gadis itu sering ditinggalkan di rumah saat ibunya pergi bekerja.
Saat diperiksa di dokter, dia mengatakan kepada ibunya bahwa dia telah berulang kali diperkosa oleh ayah tirinya.
Mahkamah Agung India telah menerima beberapa petisi dari korban pemerkosaan dalam beberapa bulan terakhir yang meminta penghentian dan setiap kasus yang telah dirujuk ke ahli medis.
(BACA Terpopuler, Fakta Seputar Meninggalnya Jupe dan Suami Ririn Ekawati)
India memiliki catatan mengerikan dalam pemerkosaan.
Di New Delhi tercata ada sekitar 2.199 kasus pemerkosaan pada tahun 2015.
Ini berarti telah terjadi pemerkosaan rata-rata dalam enam hari.
Hampir 40.000 kasus perkosaan dilaporkan setiap tahun namun jumlah sebenarnya diperkirakan jauh lebih tinggi.
Mereka tidak melaporkan karena korban khawatir bagaimana keluhan mereka akan ditangani atau stigma sosial yang melekat karena menjadi korban kejahatan seks. (*)
Penulis | : | Alfa Pratama |
Editor | : | Alfa Pratama |