Grid.ID-Hoax, informasi palsu, merajalela di dunia maya.
Baik lewat situs online atau lewat blog.
Berita hoax disebarkan lewat sosial media seperti facebook, twitter, instagram dan lainnya.
Bahkan aplikasi chating seperti WhatsApp, BBM dan Line, sering menjadi alat pertama penyebar hoax dan gosip.
(Baca : Pramugari Beri Layanan Plus di Pesawat, Netizen Pun Geram dan Memboikot Maskapai )
Sosial media inilah yang kerap meneruskan dan menyebarkan hoax dengan ‘kecepatan cahaya’, tanpa cek ricek terlebih dahulu.
Banyak hal negatif yang ditemui jika informasi hoax sudah tersebar.
Bahkan efek viral mudah terjadi jika judul dibuat sensasi dan bombastis.
Bahkan seseorang yang berpendidikan tinggi juga akan mudah terpancing, jika sisi emosionalnya dibakar oleh judul yang provokatif dan memancing emosi.
(Baca : Selalu TampiL Cantik dan Rapi, Berapa Gaji Pramugari di Indonesia? )
Efek negatif jelas terlihat berupa perpecahan di masyarakat, kecemasan dan kepanikan, hingga perilaku yang cenderung merusak.
Hanya mereka yang berpikir logis dan terbuka, yang akan mempertanyakan jika ada sebuah informasi yang tak masuk akal.
Nah, bagaimana agar kita tak mudah percaya dengan kebenaran sebuah informasi?
(Baca : 6 Cara Yang Membuat Kita Tidak Terkena Jerawat Punggung )
Hoax atau bukan? Berikut caranya.
1. Pembuat informasi tak jelas.
Biasanya pengirim awal hoax ini tidak diketahui identitasnya, termasuk link sumber ilmiah dari pesan yang disebar.
Kalau pun ada nama dalam berita, biasanya dicatut begitu saja tanpa ijin.
Pesan dikirim via whatsapp, email, twitter yang penyebarannya cepat, mudah dan gratis.
2. Isi berita penuh sensasi, provokatif
Biasanya, isi berita hoax bertentangan dengan logika umum dan ilmu pengetahuan.
Bisa juga terdengar aneh jika dibandingkan dengan fakta yang sudah umum diketahui.
Istilah ilmiah sering digunakan, memanfaatkan keawaman pembaca.
Isinya mudah membuat cemas dan panik para pembacanya.
Diakhiri himbauan agar pembaca segera meneruskan (forward) ke teman atau forum yang lebih luas.
Misalnya “Jika Anda tidak meneruskan informasi ini, maka akan ada kesialan yang menimpa esok hari”
(Baca : Setelah Pesawatnya Mendarat, Raffi Ahmad dan Nagita Slavina Ajak Rafathar ke Jumpa Fans )
3. Cek alamatnya (nama domain)
Media resmi tidak akan memakai blog gratisan seperti wordpress atau blogspot.
Saat ini, penyebar hoax seringkali memakai blog gratisan seperti itu.
Aktifitas mereka di blog gratisan itu misalnya melakukan penipuan online, menyebar berita palsu, memuat pornografi, atau menjual obat ilegal.
Meskipun saat ini membeli nama domain memang sangat murah, namun ini bisa menjadi filter awal.
(Baca : Selamat Jalan Kristupa Saragih, Tokoh Pemersatu Fotografer di Indonesia )
4. Cek Alamat dan kontak.
Setelah alamat situs yang meyakinkan, cek pula alamat dan nomor telepon yang tercantum di situsnya.
Sumber hoax biasanya tidak mencantumkan alamat dan nomor telepon yang benar, agar tidak terlacak keberadaannya.
Bahkan, seringkali alamat yang dicantumkan palsu atau memakai alamat kantor orang lain.
(Baca : Wah Ternyata Air Liur Punya Segudang Manfaat yang Hebat Loh )
5. Cek identitas pendaftar
Domain yang benar pasti akan menyertakan pihak yang mendaftar pertama kali, dan bisa dicek lewat https://www.whois.net.
Bisa berupa nama perusahaan atau pribadi, lengkap dengan alamat dan terkadang nomor telepon.
Situs hoax atau penipuan, biasanya menampilkan “Whois Privacy Protection Services”
(Baca : Penting, Kenali 6 Jebakan Pertanyaan Ini Saat Wawancara Kerja )
6. Cek Foto Hoax.
Jika ada sebuah foto yang tampak menyulut emosi atau tak masuk akal, cek dulu kebenarannya lewat Google.
Anda bisa copy alamat foto tersebut atau download foto yang dicurigai sebagai latar belakang berita hoax.
Caranya dengan menggunakan Images Google.
Buka https://images.google.com/, lalu masukkan ke kolom pencarian dengan memilik ikon kamera.
Maka akan muncul penjelasan foto tersebut, termasuk situs yang pertama memuatnya.
Cara lebih mudah adalah dengan klik kanan di atas foto, lalu pilih Search Google for Image.
(Baca : Kejamnya Transaksi di Internet, Ini Dia 7 Ciri Penipu Online )
7. Cek ulang informasi.
Ini bagian terpenting setelah menerima informasi yang diduga hoax.
Banyak orang percaya begitu saja informasi yang beredar, tanpa mengecek ke sumber lain atau ke situs yang kredibel.
Cara mudah mengecek adalah mengetikkan judul ke google.
Jangan lupa diapit dengan tanda petik di awal dan akhir judul.
Jika bukan hoax, akan banyak situs lain yang menampilkan informasi sejenis.
(Baca : Terganggu Jamur Kaki? Hindari Dengan 6 Cara Jitu Ini )
Jika hoax, biasanya hanya satu sumber saja yang terdeteksi.
Jika sumber informasi disebut dari sebuah akun sosial media, cari dan tanyakan langsung kebenarannya.
Jika tahu nomornya, menelepon langsung juga bagus.
Jika Anda punya kenalan yang sangat paham informasi tersebut, lebih baik tanyakan apakah masuk akal.