Grid.ID – Kampanye batik melalui event Mandiri Tjanting Run 2017 siap digelar pada 24 September mendatang.
Event lari untuk kedua kalinya dari Yayasan Tjanting Batik Nusantara ini semakin menantang.
Pasalnya, peserta tak hanya diajak lari cantik sejauh 5K, namun juga ada kategori baru yang jika dilarikan peserta akan butuh energi yang cukup kuat, yakni kategori 10K.
Safrita Aryana, selaku Race Director Tjanting Run 2017 mengakui perlu adanya penambahan kategori jarak lari ini untuk mengakomodir jumlah dan kemampuan peserta lari yang semakin meningkat.
Baca Juga: 4 Manfaat Kesehatan dan Kecantikan dari Air Garam yang Harus Kamu Ketahui, Nomor 4 Penting Banget
“Ini menjadi perhatian kami untuk mengakomodir fasilitas terhadap lebih banyak lagi pelari,” ujarnya tahun ini siap menampung 2500-an pelari.
Event lari kali ini bukan lagi digelar di kawasan Car Free Day Jakarta, melainkan pindah ke wilayah The Flavor Bliss, Alam Sutera, Tangerang Selatan.
Untuk itu, Safrita mengungkapkan pihaknya telah menyiapkan sekitar 200 marshalls ditambah marshall sepeda, motor dan juga mobil ambulance.
Refreshment dan water station telah disedikan juga. Diantaranya dua untuk pelari jarak 5K dan empat untuk pelari di lintasan 10K.
“Ada Cut Off Time untuk 5K adalah 2 jam dan 10K selama 3 Jam,” ujarnya lagi di acara preskon Tjanting Run 2017, Senin (17/7/2017) kemarin.
Jersey Keren Motif Sawat
Yang seru pada event Tjanting Run 2017 tak hanya jarak larinya yang bertambah, melainkan juga kesadaran akan batik nusantara semakin menarik perhatian peserta.
Bagaimana tidak, selain bakal berlari di lokasi race yang baru, peserta juga bakal mendapatkan jersey dan medali yang keren.
Jersey yang dijanjikan panitia kali ini mengikuti tema Tjanting Funday tahun ini, yaitu Batik Cirebon. Tema ini dipilih dengan pertimbangan awal dari Jalur batik di nusantara dan pemilihan motif yang ditentukan tim Tjanting memberikan makna semangat bagi pelarinya.
“Kami yakin peserta akan bangga saat membawa pulang medali dan jerseynya,” tandas Safitra.
Motif jersey-nya adalah motif Sawat yang bentuknya menyerupai sayap. Dulu motif ini hanya boleh dipakai para raja atau putranya.
Sawat sendiri, kata Sandra Hutabarat, Dewan Pembina Yayasan Batik Tjanting, berarti angin atau udara yang bermakna memberikan kehidupan.
“Diharapkan orang yang memakai motif sawat ini mampu memberikan kehidupan bagi orang-orang sekitarnya.”
Di luar filosofi itu, sawat atau angin ini selalu bergerak cepat hingga dimaknai yang memakai motif ini bisa bergerak (berlari) cepat.
Baca Juga: Nggak Nyangka, Ini Alasan Daniel Mananta Doyan Lari!
Mandiri Tjanting Run merupakan bagian dari kegiatan Tjanting Funday yang digelar dalam rangka menyambut hari batik nasional.
Maksud dan tujuan gelaran Tjanting Funday ini adalah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat luas, terutama generasi muda, untuk senantiasa menghargai warisan budaya negeri, khususnya batik.
Tjanting Funday tahun ini akan digelar pada 21 – 22 September 2017 yang dilanjutkan kemudian dengan Tjanting Run pada 24 September 2017.
Sejumlah kegiatan yang direncanakan akan diselenggarakan pada Tjanting Funday adalah bazaar, talkshow, workshop dan fashion show. Juga akan diramaikan dengan mendatangkan pengrajin batik dari Cirebon.
Hal istimewa lainnya adalah pelari diajak menyumbangkan sepatu olah raga layak pakai untuk anak sekolah, bekerja sama dengan Yayasan Gerakan Nasional Orang Tua Asuh (GNOTA). Pengumpulan sepatu dilakukan pada 1 Agustus – 10 September.
Para pelari atau masyarakat umum yang berminat mengikuti acara ini dapat mengunjungi www.tjantingfunday.com atau mengirimkan email ke info@tjantingfunday.com.
Berjuang Halalin Pacar di Jepang dan Sudah Dilamar, Pria Wonogiri Berujung Ditinggal Nikah: Tak Kusangka