Grid.ID - Harapan akan pendidikan dan layanan kesehatan gratis, upah tinggi, dan peluang menjalani keislaman yang sempurna di bawah payung kekhalifahan, menggerakkan gadis Indonesia berusia 17 tahun mengajak keluarganya ke Suriah.
Keluarga itu tergiur janji kemakmuran gerombolan teroris Negara Islam di Irak dan Suriah ( ISIS).
Lebih dari 20 anggota keluarga mengikuti ajakan Nurshardrina Khairadhania, orangtua, adik, bibi, paman, dan keponakan, untuk hijrah ke Suriah.
Keluarga kecil itu lalu menjual rumah, kendaraan, dan perhiasan untuk membiayai perjalanan mereka ke Raqa.
Namun realita berkata lain. Mereka mendapati diri hidup di lingkungan yang memaksa setiap perempuan muda menikahi teroris ISIS.
Sementara, para pria harus mengangkat senjata di medan perang.
Nur bercerita, semua anggota keluarga laki-lakinya dipenjara karena menolak latihan militer. Mereka kemudian terpaksa bersembunyi.
Sedih, Wanita Cantik Ini Harus Kehilangan Tulang Wajahnya, Ternyata Ini Penyakit yang Dideritanya | Grid.ID https://t.co/E5YbxkZzjb
— Grid.ID (@grid_id) August 5, 2017
Sementara, kaum perempuan dipaksa tinggal di asrama khusus. Nur mengaku kaget dengan kondisi kehidupan di sana.
Para perempuan saling bergosip, mencuri satu sama lain, dan bahkan berkelahi dengan senjata tajam.
Dia dan bibinya masuk dalam daftar calon pengantin yang disiapkan buat para teroris.
"Situasinya gila. Kami tidak tahu siapa mereka. Kami tidak kenal latar belakangnya. Mereka cuma mau menikah dan menikah," tutur dia.
Inilah Kisah Pendidikan Dokter Ryan Thamrin, Merantau Dari Pekanbaru Hingga Bangkok | Grid.ID https://t.co/PFskS7QkWj
— Grid.ID (@grid_id) August 5, 2017
Nur yang kini berusia 19 tahun menuturkan kisah sedihnya, dan bagaimana keluarganya berniat melarikan diri hanya beberapa bulan setelah tiba di Raqa.