Grid.ID – Harga properti yang kian hari kian melambung serta penghasilan pas-pasan menimbulkan kecemasan bagi banyak orang, khususnya buat kita nih, para millennials.
Singkat kata, dalam beberapa tahun singkat ke depan, generasi millenials yang bekerja dan bermukim di Jakarta, terancam tidak bisa membeli dan memiliki rumah. Padahal, punya penghasilan aja belum. Huh!
Diprediksi, peningkatan harga rumah dalam lima tahun mendatang sekitar 150 persen, sementara kenaikan pendapatan hanya 60 persen dalam periode yang sama.
8 Tempat Ibadah Paling Menakjubkan di Dunia, Sampai Bikin Mata Nangis Melihatnya | Grid.ID https://t.co/xXP1PbxdrV
— Grid.ID (@grid_id) August 17, 2017
(Baca: Kisah Haru Mulyono, Meski Hanya Bergaji Rp 350 Ribu, Akhirnya Bisa Berangkat Haji)
Di Jakarta saja, 95% harga properti yang tersedia semua di atas Rp 480 juta, sedangkan lebih dari 90% millenials memiliki penghasilan yang masih dibawah Rp 12 juta.
Sebuah riset dari Karir.com menunjukan bahwa beberapa tahun belakangan ini hanya 17% kaum millenials yang mampu membeli rumah second seharga 300 juta di Jakarta.
Hampir nggak mungkin bagi 83% generasi millenials (yang berpenghasilan rata-rata di bawah Rp 7,5 juta/bulan) untuk mampu memiliki rumah di Jakarta sampai kapanpun.
Sejauh ini, salah satu solusi agar millenials bisa memiliki rumah adalah dengan mencicil (KPR).
Tetapi, sebelum masuk ke KPR, calon pembeli harus menyiapkan DP nya terlebih dahulu dan walaupun saat ini nilai DP telah diturunkan menjadi 15% untuk rumah pertama, dengan tingginya harga rumah tersebut, seringkali DP tersebut menjadi kendala mengingat jumlahnya nggak kecil lho.
Tapi tenang, masih ada cara lain buat punya rumah kok.
Solusi metode cicilan baru, menjadi tren di kalangan millenials adalah dengan mencari lender (pemberi pinjaman) yang bisa membiayai kebutuhan cicilan uang muka rumah kita melalui layanan pinjam meminjam berbasis teknologi alias p2p lending.
“Naiknya gaji sama naiknya harga rumah sekarang udah relatif gak terkejar. Bayangin, mau beli rumah harga Rp 800 juta, perlu uang muka minimum Rp 120 jutaan (15% DP),” jelas Angela Oetama, salah satu co-founder Gradana.com - salah satu perusahaan fintech (financial technology) yang berfokus pada pembiayaan down payment properti.
Angela yang memiliki pengalaman ekstensif di bidang properti, menambahkan bahwa buat kita yang penghasilannya Rp 10 juta dan bisa irit-irit nabung Rp 3 jutaan per bulan, kita perlu nabung lebih dari 40 bulan (alias lebih dari 3 tahun) buat bisa nutup DP-nya.
(Baca: Pasangan Ini Masuk Rumah Ibadah, Lakukan Hal Nakal dan Direkam, Netizen Pasti Geram)
Padahal, kata Angela, setelah lewat 3 tahun, harga rumah sudah meroket dan DP minimum pun ikut naik.
“Alhasil kejar-kejaran kayak gini nggak ada buntutnya.
“Nah, adanya program seperti Gradana.com membantu kita untuk afford rumah dengan skema cicilan DP yang bisa up to 24 - 36 kali.
“Dengan begitu, harga rumah yang awalnya susah kita jangkau sekarang bisa lebih ringan cicilan DP nya tanpa perlu ada kas banyak di bank untuk nutup seluruh jumlah DP.
“Harga rumah di masa depan (future price) juga akibatnya bisa di-lock saat ini dengan adanya skema tersebut,” paparnya.
Sementara menurut Okie Imanto, CEO Greenwoods Group, program seperti yang ditawarkan oleh Gradana ini, menurunya akan banyak membantu millennials yang mendamba rumah idaman.
“Sangat membantu masyarakat yang sekarang jadi mampu membeli produk dan unit Greenwoods,” tambahnya untuk saat ini kerjasama mereka baru terjalin baik dengan produk properti dari Greenwoods. (*)
4 Arti Mimpi Memakai Balsem, Lambang Pemulihan hingga Perlindungan dan Kenyamanan