"Kangen Kak, kangen ..." jawab Fariza sambil mengangguk.
"Tapi belum sempat bertemu..." lanjut Fariza.
"Kalau boleh diceritain sama kita, kira-kira kalau bisa ketemu bapak sama ibu sekarang mau ngomong apa?" tanya lirih Fanni reporter CNN.
"Emmm ...
"Pah Mah, makasih banyak, makasih banyak sudah ..." Fariza mulai menahan haru.
Tak lama berselang sesi wawancara tiba-tiba hening.
Mata Fariza mulai berkaca-kaca.
Fariza tampak sangat terharu saat berada di puncak prestasi sebagai Paskibra, ia tak mampu mengungkapkan kata-kata untuk berterima kasih kepada orangtuanya.
Fanni lalu mencoba menenangkan Fariza.
Namun justru sang reporter menangis di pundak Fariza.
"Kamu sangat hebat, sangat hebat, kita semua bangga, terima kasih banyak ya" ucap kagum Fanni Imaniar sambil memegang pipi Fariza.
"Maaf ya, maaf Fito dan Puteri (rekan Fanni Imaniar di studio), saya sangat terkena suasana haru disini.
Merasakan bangganya anak-anak ini dari karantina hari pertama sampai dengan saat ini bisa sukses membawa sang saka merah putih berkibar" ujar Fani sebelum menutup laporannya.
Penulis | : | Aditya Prasanda |
Editor | : | Aditya Prasanda |