Grid.ID – Sewaktu kecil, pernahkah kamu menghisap jari ketika terluka?
Pasti ada beberapa dari kamu yang memilki kebiasaan ini.
Mitosnya, darah dapat berhenti mengalir jika menghisap jari yang terluka.
Setelah menghisap jari yang terluka, barulah kamu mencari plester untuk membalutnya.
Mitos yang beredar ternyata benar adanya.
Pesawat Delay, Pramugari Cantik ini Atraksi di Depan Penumpang | Grid.ID https://t.co/mtUZweJhQB
— Grid.ID (@grid_id) August 19, 2017
Dikutip dari laman Tribunnews.com menyebutkan bahwa sebuah studi menjelaskan jika tindakan menghisap jari yang terluka itu benar.
Hal ini disebabkan senyawa dalam air liur dapat menyembuhkan luka.
Peneliti menjelaskan kalau peptide histatin-1 di air liur dapat menyembuhkan luka.
Profesor Vincent Torres, Associate Profesor di University of Chile berpendapat bahwa proses ini dapat menyembuhkan luka di jaringan kulit.
Penelitian ini dilakukan dalam tiga level.
Pesawat Delay, Pramugari Cantik ini Atraksi di Depan Penumpang | Grid.ID https://t.co/mtUZweJhQB
— Grid.ID (@grid_id) August 19, 2017
Level pertama, endotel atau pembentuk pembuluh darah, sel dalam kultur, dan sampel air liur diperoleh dari donor sehat.
Dengan memakai ketiga objek penelitian ini, histatin-1 dan air liur ditemukan mampu meningkatkan pembentukan pembuluh darah.
Selain itu, ada juga penelitian yang memilki konklusi yang mirip.
Penelitian ini dilakukan oleh orang Belanda yang telah mengidentifikasi satu zat dalam air ludah manusia yang mempercepat penyembuhan luka.
Baca : Duh, Ngga Cuma Sekali Ayu Ting Ting Buka Baju di Depan Kamera, Netizen : Caper
Tim peneliti tersebut menemukan bahwa histatin, protein kecil di dalam air ludah yang sebelumnya hanya dipercaya membunuh bakteri, juga bertanggung jawab atas penyembuhan luka. Hasil penelitian tersebut dilaporkan dalam The Journal of Federation of American Societies for Experimental Biology (FASEB) edisi teranyar.
Penelitian itu menjanjikan harapan kepada orang yang menderita luka kronis yang berhubungan dengan diabetes dan gangguan lain, serta luka traumatis dan luka bakar. Selain itu, karena mungkin dapat diproduksi secara massal, zat tersebut memiliki potensi seperti krim antibiotik dan alkohol gosok.
Penelitian tersebut juga menjelaskan mengapa luka di mulut, seperti luka setelah pencabutan gigi, sembuh jauh lebih cepat dibandingkan dengan luka pada kulit dan tulang.
(*)
Penulis | : | Alfa Pratama |
Editor | : | Alfa Pratama |