Laporan Wartawan Grid.ID, Ahmad Rifai
Grid.ID - 2 petani ini telah dinyatakan bersalah karena melakukan aksi brutal.
Mereka mencoba melakukan sebuah aksi yang keji.
Dalam aksi yang mereka rekam tersebut, terlihat sebuah upaya kedua petani dalam memaksa seseorang.
Seorang pria ditarik dan memerintah untuk masuk ke sebuah peti mati.
(Baca juga: Perhatikan Lingkaran Merah, Lukisan Legendaris Simpan Rahasia Mencengangkan, Apakah Ini Pertanda Dari . . .)
Bila tak mau masuk, keduanya akan mengancam membakar pria tersebut secara hidup-hidup.
Hakim Segopotje Mphahlele menyatakan kedua petani didakwa atas pecobaan pembunuhan terhadap tuan Victor Mlotshwa.
Hakim menegaskan keduanya telah bersalah.
Pendukung dari pihak korban menyanyikan lagu-lagu kemenangan di ruang persidangan.
(Baca juga: 30 Tahun Lalu Melahirkan, Kini Anak Sudah Menikah, Ibu Baru Tahu Pihak Rumah Sakit Ternyata Lakuan Kesalahan Fatal)
Kedua petani adalah Willem Oosthizen dan Theo Martns Jackson.
Terdakwa adalah orang kulit putih.
Mereka juga dinyatakan bersalah karena telah melakukan penculikan, intimidasi, dan penyerangan dengan niat untuk melakukan kerusakan fisik yang menyakitkan.
Sebelumnya, keduanya tak mengaku bersalah atas insiden tersebut pada tahun lalu di Provinsi Mpumalanga.
(Baca juga: Pergi ke Pasar Bareng Adik, Tak Sadar Darah Bercucuran, Warga Segera Datang Beri Pertolongan)
Alasan yang mereka berikan, hanya sekedar untuk menakut-nakuti si korban, kulit hitam, setelah mencuri kebel tembaga di peternakan kedua petani.
2 adegan dalam rekaman yang diambil dari ponsel menunjukkan bahwa ada upaya mendorong Mlotshwa masuk ke peti pati kayu tersebut.
Kedua petani menekan tutup peti mati dengan sepatu bot mereka saat tuan Mlotshwa memohon pengampunan untuk keselamatan hidupnya.
Muncul dua kubu pendukung pada kasus ini.
Kubu pertama adalah African National Congress yang sedang berkuasa, dan kubu oposisi Aliansi Demokratik dan Pejuang Kebebasan Ekonomi Radikal (EFF).
Kedua kubu ini rutin bertemu di setiap persidangan.
Rekaman ini sendiri muncul beberapa waktu yang lalu dan memicu kemarahan dengan skala nasional.
Segera kemudian dilakukan penangkapan pada kedua petani tersebut.
(Baca juga: Otak Dapat Dikendalikan, Berikut Panduan Langsung dari Sang Profesor)
Dikutip wartawan Grid.ID, Ahnmad Rifai, dari rekaman tersebut, Mlotshwa memohon dari dalam peti mati, "Tolong jangan bunuh aku."
Kejadian ini sebenarnya adalah keributan antar ras yang telah menyelimuti Afrika Selatan selama bertahun-tahun.
Afrika Selatan sendiri diliputi ketidaksetaraan ras yang berakar sejak 23 tahun lalu semenjak berakhirnya peraturan apartheid.
Apartheid sendiri adalah kepimimpinan politik minoritas oleh kulit putih.
Kasus rasisme sebenarnya telah meletus secara reguler di media sosial dalam beberapa tahun terakhir.
Di luar pengadilan pada hari jumat, salah satu kubu membawa peti mati tiruan yang telah dihias gambar-gambar terdakwa.
Kubu tersebut meminta agar terdakwa dinyatakan bersalah dalam semua dakwaan.
Kembali pada rekaman ancaman tersebut, ada niatan untuk menuangkan bensin ke dalam peti mati.
Kedua petani juga mengancam akan memasukkan ular ke peti mati.
Mlotshwa mengatakan bahwa sebenarnya dia sedang berjalan ke kota Middelburg untuk membeli bekal bagi sang ibu.
Guna mempersingkat waktu, ia menggunakan jalan pintas dan kemudian kedua petani tersebut melihat dirinya.
Sementara itu, pihak keluarga terdakwa terkejut dengan putusan yang diberikan hakim.
Direktur Amnesty International Afrika Selatan, Shenilla Mohamed, berkata, "Kasus mengerikan ini menunjukkan bahwa diskriminasi masih berjalan secara tersembunyi dalam masyarakat Afrika Selatan."
"Ada fakta bahwa ketidakkhawatiran si pelaku ketika mengunggah video tersebut ke media sosial."
Shenilla Mohamed menutup, "tak ada tempat bagi rasisme atau diskriminasi dalam masyarakat manapun."
"Kasus semacam ini harus memacu pemerintah untuk menyelesaikan Undang-Undang kejahatan atas kebencian agar dapat secara pasti menangani insiden diskriminasi."(*)
Masyaallah! Presiden Prabowo Beri Hadiah Rp 100 Juta untuk Mbah Guru yang Viral Ngajar Matematika Lewat Tiktok, Netizen Ikut Girang
Penulis | : | Ahmad Rifai |
Editor | : | Ahmad Rifai |