Laporan Wartawan Grid.ID, Ahmad Rifai
Grid.ID - Seorang ibu dan ayah tega bunuh anaknya sendiri.
Mereka berani menghilangkan nyawa sang anak atas dasar karena tak menganut budaya Pakistan.
Seorang ahli bahasa tubuh telah menganalisis sebuah rekaman.
Rekaman tersebut berisi tentang Farzana Ahmed dan Iftikhar yang berbohong pada publik.
(Baca juga: Jangan Asal Olah dan Makan, Inilah Tips Memilih Daging Segar Saat Idul Adha)
Mereka mengaku bahwa anaknya telah hilang.
Sang anak, Shafilea, hilang pada tahun 2003 saat berusia 17 tahun.
Orang tua mengklaim bahwa anaknya adalah korban rasis.
Dalam cuplikan pada rekaman tersebut, Iftikhar ditanya, apakah dirinya memiliki keterlibatan dengan hilangnya si anak.
Lalu ia menjawab, "Tak pernah, aku bahkan tak bisa membayangkannya."
Namun seorang ahli Cliff Lansley punya asumsi berbeda.
Iftikhar saat ditanyai ternyata memberi anggukan yang memberatkan diri saat menanggapi pertanyaan tersebut.
Fakta bahwa kepala tersebut bergerak naik-turun tepat saat dirinya secara verbal mengungkapkan keterlibatannya.
(Baca juga: Masih Ingat Thalia si Ratu Telenovela? Tetap Cantik dengan Gaya Rambut yang Hampir Tak Berubah loh)
Ini berarti bahwa ada indikasi signifikan tentang sesuatu yang ganjil.
Dikutip wartawan Grid.ID, Ahmad rifai, dari Mirror, Lansley bilang, "Dia sudah memejamkan matanya."
"Kamu dapat lihat anggukan kepalanya."
Mungkin, "Sedikit diagonal, tapi ini naik turun."
(Baca juga: Masih Jadi Trending Topik, Begini nih Besarnya Cinta Millen Cyrus dan Naka)
Pakar bahasa tubuh juga yakin dengan menambahkan kalimat, "Aku bahkan tak dapat memimpikannya," sebenarnya dirinya mencoba untuk menutupi sebuah kebohongan.
Dia ingin agar tak ada yang dapat mendeteksi bualan tersebut.
9 tahun setelah Shafilea menghilang, kebenaran akhirnya diungkap oleh pengadilan.
(Baca juga: Menikah Sudah Ala Putri Raja, Sekarang Selebgram Ini Lakukan Maternity Shoot Yang Sangat Tak Biasa)
Fakta mengejutkan didapatkan.
Ayahnya sediri telah memasukkan kantong plastik ke mulut Shafilea.
Mulutnya disumpal sampai ia meregang nyawa.
Butuh 6 bulan untuk menemukan jasadnya.
(Baca juga: Lama Tak Terdengar Kabarnya, Begini Penampilan Si Kembar Paola Paulina, Hati-hati Salah Fokus)
Mayatnya kemudian ditemukan di Sungai Kent di Cumbria.
Farzana dan Iftikhar dinyatakan bersalah atas bukti yang diberikan oleh saudar perempuan Shafilea.
Alesha mengatakan pada petugas bahwa kedua orang tuanya membunuh Shafilea karena menolak pernikahan yang sudah diatur.
Keduanya menyuruh sanak famili untuk diam bila tak ingin menerima nasib yang sama.
(Baca juga: Kocak dan Kreatif Abis! 10 Meme Ini Bikin Idul Adhamu Makin Berwarna, Nomor 6 Kurbannya Greget Banget!)
Orang tua Shafilea dan Alesha awalnya protes saat mereka ditangkap bersama 5 anggota keluarga lainnya setelah kejadian tersebut.
Namun kemudian mereka dibebaskan karena tak ada tuduhan apapun.
Namun, setelah kesaksian Alesha, mereka akhirnya dipenjara seumur hidup.
Hakim memutuskan bahwa mereka akan dihukum minimal 25 tahun penjara.
Sebelumnya, Iftikhar malah bilang, "Mereka harusnya sudah melepaskan kami beberapa bulan yang lalu."
Beruntung, Alesha memberi kesaksian yang mencengangkan.
Dia menuturkan bahwa Shafilea dicekik hingga tak bisa bernafas.
Tak lama kemudian, Shafilea telah tewas.
Alesha melihat ayahnya pergi dengan mobil bersama mayat Shafilea.
Sebelum meregang nyawa, Shafilea telah mengenakan pakaian barat.
Ini adalah sebuah pembangkangan pada orang tua yang mengetatkan nilai-nilai tradisional.(*)
Larang Ayah Rozak Jadi Calon Wali Kota Depok, Ayu Ting Ting Ngaku Tolak Tawaran Terjun ke Dunia Politik, Ternyata ini Alasannya
Penulis | : | Ahmad Rifai |
Editor | : | Ahmad Rifai |